Amlapura (Antara Bali) - Para petani salak di Kabupaten Karangasem, Bali berharap besar pihak pemerintah dapat memberi perhatian penuh terhadap upaya pengembangan salak "wine" atau anggur salak.

"Kami berharap pemerintah dapat membantu terus upaya pengembangan wine salak agar nantinya bisa terangkat sebagai ikon atau minuman khas Karangasem," ujar Ketua Kelompok Tani Dukuh Lestari I Wayan Suparta, di Amlapura, Selasa.

Ia mengatakan, potensi salak di daerahnya sangat berpeluang diolah menjadi wine hingga bisa meningkatkan nilai tambah. 

"Pengembangan salak wine sangat menolong petani untuk  menikmati keuntungan, mengingat harga salak selalu jatuh saat panen raya tiba," ujarnya.

Saat ini, kata dia, pihaknya telah memproduksi wine salak yang diberi label "salaka wine" atau anggur buah salak. "Kami berencana memproduksi salaka wine sebanyak  6.000 liter  per bulan," katanya.

Ia mengatakan, kadar alkohol salaka wine yang diproduski pihaknya sebesar 12 persen. "Wine salak asal Kecamatan Sibetan yang kami produksi tergolong wine kelas B," katanya.

Ia menyebutkan, sejak proses produksi hingga kemasan diperlukan waktu 3 sampai 6 bulan. Sebelum dikemas, wine disimpan dalam tangki berkapasitas 1.000 liter dan 750 liter.

Nantinya diharapkan proses pengolahan wine salak dapat menyerap seluruh produk salak di Desa Sibetan dan luar Sibetan yang berjumlah jutaan pohon, dengan harga Rp5.000 sampai Rp10.000 per kilogram.

Kata dia, jika dibandingkan harga di pasar saat panen raya yang turun hingga Rp1.000 per kilogram, maka harga salak  untuk bahan baku wine jauh lebih tinggi, sehingga sangat menguntungkan petani.

Bupati Karangasem I Wayan Geredeg mengakui kalau saat ini salah satu alternatif yang paling memungkinkan mendongkrak pendapatan petani yakni melalui produksi wine salak serta wine tradisional berbahan baku nira. 

"Dengan diproduksi menjadi wine akan mampu mengatrol harga ke tingkat jauh lebih tinggi dibanding nilai tambah dalam bentuk dodol salak maupun keripik salak," katanya.

Geredeg berharap  wine salak mampu sejajar dengan wine mancanegara yang berkelas dan memiliki trade mark saat ini.

"Alternatif pengolahan dalam bentuk wine merupakan satu-satunya pilihan yang memiliki prospek dan peluang bernilai tambah tinggi," katanya.

Untuk itu produk olahan wine kini bahkan sudah memperoleh pengakuan pascapengujian di Nusa Dua dan banyak di gemari wisatawan.     

"Jika produksi dan pemasaran nantinya sudah dapat digarap dengan baik, saya optimis wine salak menjadi salah satu ikon wine khas Karangasem yang dicari wisatawan," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010