London (Antara Bali) - Para peneliti menemukan cara mereplikasi
ketidaksakitan yang dialami oleh orang-orang dengan mutasi gen langka
yang bisa mengarah ke pengembangan obat penawar rasa sakit generasi
selanjutnya menurut studi yang dipublikasikan oleh University College
London (UCL), Jumat (4/12).
Orang yang lahir dengan mutasi genetik langka tak bisa merasakan sakit dan itu berhubungan dengan mekanisme tertentu dalam sistem syaraf.
Ada "saluran-saluran" yang memungkinkan pesan-pesan disampaikan di sepanjang membran-membran sel, dan mereka penting untuk persinyalan listrik dalam sistem syaraf.
Studi sebelumnya menunjukkan bahwa saluran sodium Nav1.7 penting untuk persinyalan sakit dan orang yang lahir dengan Nav1.7 tak berfungsi tidak bisa merasakan sakit.
Obat-obat yang memblokir Nav1.7 sejak itu dikembangkan namun sayangnya hanya menimbulkan efek lemah.
Hasil studi baru yang terbit di jurnal Nature Communications mengungkapkan bahwa tikus dan manusia yang kekurangan Nav1.7 juga menghasilkan opioid peptida lebih tinggi dari level normal.
Untuk meneliti apakah opioid penting untuk ketidakbisaan merasa sakit, para peneliti memberikan naloxone, pemblokir opioid, ke tikus transgenik yang kekurangan Nav1.7 dan menemukan bahwa mereka jadi bisa merasakan sakit.
Kemudian mereka memberikan naloxone kepada perempuan berusia 39 tahun dengan mutasi genetik langka dan membuat dia merasakan sakit untuk pertama kali dalam hidupnya.
"Bahan rahasianya ternyata opioid peptida kuno, dan kami sekarang mendaftarkan paten untuk kombinasi dosis rendah opioid peptida dengan pemblokir Nav1.7. Ini harusnya bisa meniru ketiadaan rasa sakit pada orang dengan mutasi langka, dan kami sudah berhasil menguji pendekatan ini pada tikus yang tak dimodifikasi," kata Profesor John Wood, salah satu penulis utama makalah hasil riset tersebut.
Orang dengan Nav1.7 tak berfungsi menghasilkan opioid rendah sepanjang hidup mereka tanpa menimbulkan toleransi atau mengalami efek samping yang tidak menyenangkan menurut Profesor Wood.
"Kami berharap bisa menguji pendekatan kami pada manusia tahun 2017 dan kemudian mulai mencari kombinasi obat untuk membantu jutaan orang dengan sakit kronis di seluruh dunia," katanya seperti dilansir kantor berita Xinhua. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Orang yang lahir dengan mutasi genetik langka tak bisa merasakan sakit dan itu berhubungan dengan mekanisme tertentu dalam sistem syaraf.
Ada "saluran-saluran" yang memungkinkan pesan-pesan disampaikan di sepanjang membran-membran sel, dan mereka penting untuk persinyalan listrik dalam sistem syaraf.
Studi sebelumnya menunjukkan bahwa saluran sodium Nav1.7 penting untuk persinyalan sakit dan orang yang lahir dengan Nav1.7 tak berfungsi tidak bisa merasakan sakit.
Obat-obat yang memblokir Nav1.7 sejak itu dikembangkan namun sayangnya hanya menimbulkan efek lemah.
Hasil studi baru yang terbit di jurnal Nature Communications mengungkapkan bahwa tikus dan manusia yang kekurangan Nav1.7 juga menghasilkan opioid peptida lebih tinggi dari level normal.
Untuk meneliti apakah opioid penting untuk ketidakbisaan merasa sakit, para peneliti memberikan naloxone, pemblokir opioid, ke tikus transgenik yang kekurangan Nav1.7 dan menemukan bahwa mereka jadi bisa merasakan sakit.
Kemudian mereka memberikan naloxone kepada perempuan berusia 39 tahun dengan mutasi genetik langka dan membuat dia merasakan sakit untuk pertama kali dalam hidupnya.
"Bahan rahasianya ternyata opioid peptida kuno, dan kami sekarang mendaftarkan paten untuk kombinasi dosis rendah opioid peptida dengan pemblokir Nav1.7. Ini harusnya bisa meniru ketiadaan rasa sakit pada orang dengan mutasi langka, dan kami sudah berhasil menguji pendekatan ini pada tikus yang tak dimodifikasi," kata Profesor John Wood, salah satu penulis utama makalah hasil riset tersebut.
Orang dengan Nav1.7 tak berfungsi menghasilkan opioid rendah sepanjang hidup mereka tanpa menimbulkan toleransi atau mengalami efek samping yang tidak menyenangkan menurut Profesor Wood.
"Kami berharap bisa menguji pendekatan kami pada manusia tahun 2017 dan kemudian mulai mencari kombinasi obat untuk membantu jutaan orang dengan sakit kronis di seluruh dunia," katanya seperti dilansir kantor berita Xinhua. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015