Denpasar (Antara Bali) - Ketua Forum Kerukunan Antar-Umat Beragama (FKUB) Provinsi Bali Dewa Gede Ngurah Swastha mengatakan konsep "Tri Hita Karana" atau keseimbangan dan keharmonisan manusia yang diterapkan bagi masyarakat Pulau Dewata akan menjadi salah satu pedoman dalam menata alam.

"Saat ini alam sudah berubah. Kita bisa rasakan perubahan iklim yang tidak menentu karena faktor pemanasan global. Semua ini adalah akibat dari ulah manusia itu sendiri," katanya pada acara "Focus Group Discussion/FGD" tentang lingkungan berbasis kearifan lokal di Nusa Dua, Bali, Senin.

Ia mengatakan kerusakan alam tersebut akibat kemajuan teknologi dan berkurangnya kesadaran akan pentingnya alam dalam kehidupan. Pesatnya pembangunan diberbagai sektor juga menjadi pemicu semakin pesatnya alam ini mengalami kerusakan.

"Karena itu kasadaran manusia dalam hubungan manusia dengan alam harus dilakukan secara harmonis dan yang paling utama bagaimana manusia itu sendiri memiliki kepekaan dan kesadaran akibat pembangunan yang dapat merusak alam itu sendiri," ujarnya.

Sementara itu, Staf Peneliti LIPI Prof Dr Hermawan Sulistyo mengatakan pembangunan saat ini semakin pesat di Indonesia, namun terkait dengan lingkungan pembangunan itu cukup banyak mengabaikan lingkungan hidup.

"Para investor berlomba-lomba menanamkan investasinya untuk membangun sesuai dengan perencanaannya, namun tanpa memperhitungkan keseimbangan alam tersebut, akibat di lingkungan sekitarnya terjadi kerusakan alam," ujarnya.

Oleh karena itu, kata dia, semua masyarakat harus sadar dengan lingkungan, seperti apa yang dikonsepkan oleh masyarakat Bali, yakni "Tri Hita Karana".

"Bila konsep tersebut dilakukan oleh semua masyarakat, maka keseimbangan dalam kehidupan pasti akan tercapai. Tidak saja pada hubungan manusia dengan manusia, tetapi hubungan manusia dengan alam akan lebih baik," katanya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Komang Suparta

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015