Denpasar (Antara Bali)-SMKN 3 Kintamani, Bangli, sebagai duta Bangli dalam lomba Kelompok Siswa Peduli Aids dan Narkoba (KSPAN) tingkat Provinsi Bali tahun 2015, dinilai oleh tim penilai yang diketuai Dra. I Gusti Agung Ayu Mertha Dhyani Dewi M,Si, Selasa (17/11).
Kedatangan tim penilai di Kabupaten Bangli, disambut oleh Asisten l Sekda Kabupaten Bangli Drs, I Wayan Lawe, MM , Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bangli Nyoman Suteja, Kepala SMKN 3 Kintaman I Komang Widiada, S.Pd dan SKPD terkait di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bangli.
Dalam laporan Kepala SMK N 3 Kintamani Komang Widiada menyampaikan, diawal berdirinya pada tahun 2009, SMK N 3 Kintamani hanya memperoleh 108 siswa. Namun hingga tahun pelajaran 2014-2015 ini jumlah peserta didik di SMK N 3 Kintamani telah mencapai 496 siswa.
Lanjut dia, SMKN 3 Kintamani terdapat tiga jurusan, yakni Akuntansi, Akomodasi Perhotelan dan Multimedia. Sedangkan ekstrakulikuler disekolah ini meliputi pramuka, pencak silat, atletik, cerdas cermat bahasa Inggris, basket dan sepak bola.
Sementara dalam sambutan Penjabat Bupati Bangli Dewa Gede Mahendra Putra yang dibacakan Asisten l Sekda Kabupaten Bangli Drs I Wayan Lawe, MM menyampaikan, persoalan penyakit menular seksual khususnya Aids di Bangli walaupun masih relatif kecil jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Bali, tetapi sangat penting secara dini mendapat perhatian khususnya kelompok masyarakat yang rentan terhadap prilaku seksual yang beresiko tinggi agar pekembangannya dapat ditekan.
Demikian juga dengan pemakai Narkoba, sebagian besar dari mereka adalah usia sekolah. Oleh karenannya, penting bagi kita semua untuk sedini mungkin mencegah dan menekan penyebaran HIV/Aids melalui cara apapun.
“KSPAN merupakan sarana yang tepat untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba dan penyebaran HIV/Aids pada usia remajaâ€terangnya.
Lebih lanjut disampaikan, program pencegahan HIV/Aids melalui jalur sekolah di Kabupaten Bangli telah berjalan sejak bulan September 2007.
Salah satu kegiatannya adalah dengan menyelenggarakan pelatihan guru pembina, dilanjutkan dengan pembentukan organisasi Forum Guru Pembina KSPAN Kabupaten dan dimasing-masing sekolah, selanjutnya guru pembina bersama anak didik yang telah dilatih sebagai tutor kemudian membentuk Kelompok Siswa Peduli Aids dan Narkoba (KSPAN).
Melalui KSPAN kita ingin memberikan informasi yang lebih baik kepada masyarakat. Sehingga dengan adanya informasi yang lebih baik, masalah HIV/Aids sudah tertangani dengan baik jika dibandingkan sejak pertama kali ditemukan.
“Kalau dulu orang tidak percaya HIV/Aids ada disekeliling mereka, namun sekarang banyak yang sadar masalah ini dekat dengan mereka. Makin banyak kasus ditemukan tidak menunjukan masalah ini tidak bisa ditangani, justru menunjukkan keberhasilan. Sebab HIV/Aids memang seperti fenomena gunung es yang faktannya masih banyak yang belum muncul kepermukaan. Makin banyak dideteksi yang positif makin mudah pula penangannyaâ€jelasnya.
Ketua Tim Penilai KSPAN Provinsi Bali Dra. I Gusti Agung Ayu Mertha Dhyani Dewi M,Si mengatakan berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali, kasus HIV dan Aids sejak ditemukan pertama kali di tahun 1987 sampai dengan bulan September 2015 telah mencapai jumlah 12.516 kasus, dimana rata-rata temuan kasus mencapai 120 kasus per bulan.
Lebih memprihatinkan lagi menurut Mertha Dhyani, penularannya tidak hanya terjadi pada kelompok berisiko tinggi seperti PSK, penasun, homoseks tetapi sudah menginfeksi ibu rumah tangga, remaja dan anak-anak serta balita.
Data juga menunjukkan bahwa 80 % lebih kasus HIV/Aids terdapat pada kelompok usia produktif dan seksual aktif yaitu 14-29 tahun, sedangkan pada balita sekita 3 %. Lanjut Mertha Dhyani, mayoritas kisaran usia tersebut adalah kelompok pelajar SMP, SMA/K dan angkatan kerja. Mayoritas penularannya melalui hubungan seks beresiko, berbagi jarum suntik dan melalui ibu ke bayi.
Menyikapi kasus HIV/Aids tersebut, KPA Bali telah mengambil langkah strategis diantarannya dengan menggalakan kegiatan KSPAN di sekolah dan Kader Desa Peduli Aids di seluruh desa serta meningkatkan keterlibatan semua komponen. Karena permasalahan HIV/Aids tidak bisa dipecahkan oleh pemerintah saja tetapi diperlukan dukungan dan keterlibatan banyak pihak untuk memeranginya.
Menurutnya, selama ini sering dijumpai penderita HIV/Aids menanggung beban berat. Tidak saja karena masalah biologis penyakit tetapi juga beban psikologis akibat stigma dan diskriminasi. Masyarakat masih cenderung menolak keberadaan penderita HIV/Aids.
Oleh karenannya, peran KSPAN kita dorong untuk mensosialisasikan pencegahan penanggulangan HIV/Aids serta narkoba agar ada pemahaman yang mendalam karena kurangnya wawasan dan kekeliruan cara pandang yang salah dan akhirnya bermuara pada penyimpangan program dan kegiatan pencegahan penanggulangan.
“Kita berharap keberadaan KSPAN mampu menyadarkan semua pihak, khususnya warga sekolah untuk mencegah dan menekan perkembangan penyakit HIV/Aidsâ€. harapnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Kedatangan tim penilai di Kabupaten Bangli, disambut oleh Asisten l Sekda Kabupaten Bangli Drs, I Wayan Lawe, MM , Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bangli Nyoman Suteja, Kepala SMKN 3 Kintaman I Komang Widiada, S.Pd dan SKPD terkait di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bangli.
Dalam laporan Kepala SMK N 3 Kintamani Komang Widiada menyampaikan, diawal berdirinya pada tahun 2009, SMK N 3 Kintamani hanya memperoleh 108 siswa. Namun hingga tahun pelajaran 2014-2015 ini jumlah peserta didik di SMK N 3 Kintamani telah mencapai 496 siswa.
Lanjut dia, SMKN 3 Kintamani terdapat tiga jurusan, yakni Akuntansi, Akomodasi Perhotelan dan Multimedia. Sedangkan ekstrakulikuler disekolah ini meliputi pramuka, pencak silat, atletik, cerdas cermat bahasa Inggris, basket dan sepak bola.
Sementara dalam sambutan Penjabat Bupati Bangli Dewa Gede Mahendra Putra yang dibacakan Asisten l Sekda Kabupaten Bangli Drs I Wayan Lawe, MM menyampaikan, persoalan penyakit menular seksual khususnya Aids di Bangli walaupun masih relatif kecil jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Bali, tetapi sangat penting secara dini mendapat perhatian khususnya kelompok masyarakat yang rentan terhadap prilaku seksual yang beresiko tinggi agar pekembangannya dapat ditekan.
Demikian juga dengan pemakai Narkoba, sebagian besar dari mereka adalah usia sekolah. Oleh karenannya, penting bagi kita semua untuk sedini mungkin mencegah dan menekan penyebaran HIV/Aids melalui cara apapun.
“KSPAN merupakan sarana yang tepat untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba dan penyebaran HIV/Aids pada usia remajaâ€terangnya.
Lebih lanjut disampaikan, program pencegahan HIV/Aids melalui jalur sekolah di Kabupaten Bangli telah berjalan sejak bulan September 2007.
Salah satu kegiatannya adalah dengan menyelenggarakan pelatihan guru pembina, dilanjutkan dengan pembentukan organisasi Forum Guru Pembina KSPAN Kabupaten dan dimasing-masing sekolah, selanjutnya guru pembina bersama anak didik yang telah dilatih sebagai tutor kemudian membentuk Kelompok Siswa Peduli Aids dan Narkoba (KSPAN).
Melalui KSPAN kita ingin memberikan informasi yang lebih baik kepada masyarakat. Sehingga dengan adanya informasi yang lebih baik, masalah HIV/Aids sudah tertangani dengan baik jika dibandingkan sejak pertama kali ditemukan.
“Kalau dulu orang tidak percaya HIV/Aids ada disekeliling mereka, namun sekarang banyak yang sadar masalah ini dekat dengan mereka. Makin banyak kasus ditemukan tidak menunjukan masalah ini tidak bisa ditangani, justru menunjukkan keberhasilan. Sebab HIV/Aids memang seperti fenomena gunung es yang faktannya masih banyak yang belum muncul kepermukaan. Makin banyak dideteksi yang positif makin mudah pula penangannyaâ€jelasnya.
Ketua Tim Penilai KSPAN Provinsi Bali Dra. I Gusti Agung Ayu Mertha Dhyani Dewi M,Si mengatakan berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali, kasus HIV dan Aids sejak ditemukan pertama kali di tahun 1987 sampai dengan bulan September 2015 telah mencapai jumlah 12.516 kasus, dimana rata-rata temuan kasus mencapai 120 kasus per bulan.
Lebih memprihatinkan lagi menurut Mertha Dhyani, penularannya tidak hanya terjadi pada kelompok berisiko tinggi seperti PSK, penasun, homoseks tetapi sudah menginfeksi ibu rumah tangga, remaja dan anak-anak serta balita.
Data juga menunjukkan bahwa 80 % lebih kasus HIV/Aids terdapat pada kelompok usia produktif dan seksual aktif yaitu 14-29 tahun, sedangkan pada balita sekita 3 %. Lanjut Mertha Dhyani, mayoritas kisaran usia tersebut adalah kelompok pelajar SMP, SMA/K dan angkatan kerja. Mayoritas penularannya melalui hubungan seks beresiko, berbagi jarum suntik dan melalui ibu ke bayi.
Menyikapi kasus HIV/Aids tersebut, KPA Bali telah mengambil langkah strategis diantarannya dengan menggalakan kegiatan KSPAN di sekolah dan Kader Desa Peduli Aids di seluruh desa serta meningkatkan keterlibatan semua komponen. Karena permasalahan HIV/Aids tidak bisa dipecahkan oleh pemerintah saja tetapi diperlukan dukungan dan keterlibatan banyak pihak untuk memeranginya.
Menurutnya, selama ini sering dijumpai penderita HIV/Aids menanggung beban berat. Tidak saja karena masalah biologis penyakit tetapi juga beban psikologis akibat stigma dan diskriminasi. Masyarakat masih cenderung menolak keberadaan penderita HIV/Aids.
Oleh karenannya, peran KSPAN kita dorong untuk mensosialisasikan pencegahan penanggulangan HIV/Aids serta narkoba agar ada pemahaman yang mendalam karena kurangnya wawasan dan kekeliruan cara pandang yang salah dan akhirnya bermuara pada penyimpangan program dan kegiatan pencegahan penanggulangan.
“Kita berharap keberadaan KSPAN mampu menyadarkan semua pihak, khususnya warga sekolah untuk mencegah dan menekan perkembangan penyakit HIV/Aidsâ€. harapnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015