Singaraja (Antara Bali) - Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Buleleng, Bali, Gede Wiartana menyebutkan proyek instalasi gawat darurat (IGD) di rumah sakit terbesar di Bali Utara itu segera rampung awal tahun 2016.
"Secara umum pembangunan sudah mendekati 98 persen dan pada 2016 nanti sudah siap beroperasi," kata Gede Wiartana, Senin.
Ia menjelaskan, pihaknya mengklaim IGD RSUD Buleleng merupakan IGD berstandar internasional dengan gedung dan sarana pelengkap yang mumpuni.
"Pentingnya kenyamanan pelayanan dan fasilitas menunjang rumah sakit menjadi idaman masyarakat Buleleng dan IGD ini menjadi jawaban dari cita cita itu," kata dia.
Wiartana menambahkan, selama ini pelayanan terhadap pasien dan keluarga pasien umumnya sering kesulitan mendapatkan ruang rawat inap nyaman.
"Keluarga pasien memilih menemani menginap di luar ruangan pasien, akibat keterbatasan kamar. Melalui pembangunan IGD RSUD Buleleng, kami optimis pelayanan kesehatan kepada masyarakat semakin berkualitas," kata dia.
Ia memaparkan, dana yang digunakan membangun IGD rumah sakit tertua di Bali Utara itu cukup besar. "Tahap pertama digelontor tidak sedikit mencapai Rp44,6 miliar.
Dikatakan, bukan hanya warga Buleleng berobat dan melakukan rawat inap di RSUD Buleleng. Bahkan, banyak pasien-pasien lainnya dari Kabupaten Tabanan, Karangasem, Klungkung, hingga Jembrana.
"Tentu saja kapasitas RSUD tidak cukup menampung seluruhnya, maka dalam upaya pembenahan pelayanan, IGD RSUD Buleleng dilakukan dalam dua tahapan hingga 2016," katanya.
Lebih lanjut, ia memaparkan, pada tahap pertama, struktur fisik sudah selesai sepenuhnya, hanya beberapa saja dalam proses penyelesaian yakni pemasangan keramik, fasilitas interior, gardu PLN dan lift.
Selain itu, kata dia, pihaknya akan melakukan penambahan tenaga kesehatan sebelum IGD resmi dioperasikan. "Tenaga kerja dibutuhan yakni dokter, perawat, tenaga teknis, hingga pelayan kesehatan dengan sistem gilir kerja ditentukan dan dilakukan pada 2016," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Secara umum pembangunan sudah mendekati 98 persen dan pada 2016 nanti sudah siap beroperasi," kata Gede Wiartana, Senin.
Ia menjelaskan, pihaknya mengklaim IGD RSUD Buleleng merupakan IGD berstandar internasional dengan gedung dan sarana pelengkap yang mumpuni.
"Pentingnya kenyamanan pelayanan dan fasilitas menunjang rumah sakit menjadi idaman masyarakat Buleleng dan IGD ini menjadi jawaban dari cita cita itu," kata dia.
Wiartana menambahkan, selama ini pelayanan terhadap pasien dan keluarga pasien umumnya sering kesulitan mendapatkan ruang rawat inap nyaman.
"Keluarga pasien memilih menemani menginap di luar ruangan pasien, akibat keterbatasan kamar. Melalui pembangunan IGD RSUD Buleleng, kami optimis pelayanan kesehatan kepada masyarakat semakin berkualitas," kata dia.
Ia memaparkan, dana yang digunakan membangun IGD rumah sakit tertua di Bali Utara itu cukup besar. "Tahap pertama digelontor tidak sedikit mencapai Rp44,6 miliar.
Dikatakan, bukan hanya warga Buleleng berobat dan melakukan rawat inap di RSUD Buleleng. Bahkan, banyak pasien-pasien lainnya dari Kabupaten Tabanan, Karangasem, Klungkung, hingga Jembrana.
"Tentu saja kapasitas RSUD tidak cukup menampung seluruhnya, maka dalam upaya pembenahan pelayanan, IGD RSUD Buleleng dilakukan dalam dua tahapan hingga 2016," katanya.
Lebih lanjut, ia memaparkan, pada tahap pertama, struktur fisik sudah selesai sepenuhnya, hanya beberapa saja dalam proses penyelesaian yakni pemasangan keramik, fasilitas interior, gardu PLN dan lift.
Selain itu, kata dia, pihaknya akan melakukan penambahan tenaga kesehatan sebelum IGD resmi dioperasikan. "Tenaga kerja dibutuhan yakni dokter, perawat, tenaga teknis, hingga pelayan kesehatan dengan sistem gilir kerja ditentukan dan dilakukan pada 2016," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015