Singaraja (Antara Bali) - Manajemen Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang, Kabupaten Buleleng, Bali memberhentikan sembilan petugas satuan pengaman (satpam) yang bekerja di PLTU pertama di Pulau Dewata itu.
"Tujuh dari sembilan orang itu sebelumnya sudah sepuluh tahun bekerja di PLTU dengan sistem `outsourcing," kata Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Celukan Bawang, M Sadli, Minggu.
Ia menjelaskan, sebuah perusahaan "outsourcing" yakni PT Cipta Karya melaksanakan seleksi perekrutan satpam untuk dipekerjakan di PLTU, termasuk satpam yang sudah dipekerjakan harus mengikuti seleksi jika masih ingin bekerja.
"Sebab nantinya seluruh satpam yang bekerja di PLTU akan dijadikan satu manajemen di bawah naungan perusahaan tersebut. Jika tidak lolos seleksi, maka satpam yang sudah bekerja pun tidak dapat kembali bekerja di PLTU," kata dia.
Sementara itu, salah satu satpam yang diberhentikan yakni Abdul Rauf (42), mengaku sudah bekerja di PLTU sejak 2004 lalu ketika masih dalam proses pembangunan.
Rauf mengatakan, ia dipekerjakan sebagai satpam sejak 2008 lalu oleh PT General Energy Bali (GEB). "Selama itu saya mendapatkan gaji Rp1,8 juta per bulan dan gaji itu untuk menghidupi empat orang anak dan seorang istri saya," katanya
Ia lebih lanjut menuturkan, selama sepuluh tahun bekerja tidak pernah mendapatkan bukti pembayaran gaji dimana setiap bulan hanya mendapatkan uang yang dibungkus amplop saja.
Ia menyesalkan manajemen PLTU yang tidak tertib administrasi dalam mempekerjakan karyawannya. "Selama ini kami tidak pernah dapat slip gaji, hanya uang saja ditaruh dalam amplop putih, administrasinya tidak jelas pokoknya," ucapnya.
Dikatakan, kini dia bersama delapan temannya memohon kepada pihak PLTU untuk kembali mempekerjakannya kembali, mengingat dirinya bersama warga lain sudah mengorbankan lahannya dan rela direlokasi demi berdirinya PLTU.
"Saya tadi sama teman-teman sudah komunikasi sama mereka (PLTU) mudah-mudahan bisa diterima kerja lagi. Kami dulu bersedia di relokasi dan mereka janji kasih pekerjaan kepada warga, makanya kami dulu mendukung berdirinya PLTU," papar dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Buleleng, Ni Made Dwi Priyanti Koriawan mengatakan, akan mengupayakan agar pekerja lokal diprioritaskan untuk bekerja di PLTU Celukan Bawang.
Namun ia menekankan agar pekerja lokal mampu memenuhi spesifikasi keahlian yang dibutuhkan PLTU. "Kami memang terus mendorong untuk mengakomodir tenaga lokal," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Tujuh dari sembilan orang itu sebelumnya sudah sepuluh tahun bekerja di PLTU dengan sistem `outsourcing," kata Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Celukan Bawang, M Sadli, Minggu.
Ia menjelaskan, sebuah perusahaan "outsourcing" yakni PT Cipta Karya melaksanakan seleksi perekrutan satpam untuk dipekerjakan di PLTU, termasuk satpam yang sudah dipekerjakan harus mengikuti seleksi jika masih ingin bekerja.
"Sebab nantinya seluruh satpam yang bekerja di PLTU akan dijadikan satu manajemen di bawah naungan perusahaan tersebut. Jika tidak lolos seleksi, maka satpam yang sudah bekerja pun tidak dapat kembali bekerja di PLTU," kata dia.
Sementara itu, salah satu satpam yang diberhentikan yakni Abdul Rauf (42), mengaku sudah bekerja di PLTU sejak 2004 lalu ketika masih dalam proses pembangunan.
Rauf mengatakan, ia dipekerjakan sebagai satpam sejak 2008 lalu oleh PT General Energy Bali (GEB). "Selama itu saya mendapatkan gaji Rp1,8 juta per bulan dan gaji itu untuk menghidupi empat orang anak dan seorang istri saya," katanya
Ia lebih lanjut menuturkan, selama sepuluh tahun bekerja tidak pernah mendapatkan bukti pembayaran gaji dimana setiap bulan hanya mendapatkan uang yang dibungkus amplop saja.
Ia menyesalkan manajemen PLTU yang tidak tertib administrasi dalam mempekerjakan karyawannya. "Selama ini kami tidak pernah dapat slip gaji, hanya uang saja ditaruh dalam amplop putih, administrasinya tidak jelas pokoknya," ucapnya.
Dikatakan, kini dia bersama delapan temannya memohon kepada pihak PLTU untuk kembali mempekerjakannya kembali, mengingat dirinya bersama warga lain sudah mengorbankan lahannya dan rela direlokasi demi berdirinya PLTU.
"Saya tadi sama teman-teman sudah komunikasi sama mereka (PLTU) mudah-mudahan bisa diterima kerja lagi. Kami dulu bersedia di relokasi dan mereka janji kasih pekerjaan kepada warga, makanya kami dulu mendukung berdirinya PLTU," papar dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Buleleng, Ni Made Dwi Priyanti Koriawan mengatakan, akan mengupayakan agar pekerja lokal diprioritaskan untuk bekerja di PLTU Celukan Bawang.
Namun ia menekankan agar pekerja lokal mampu memenuhi spesifikasi keahlian yang dibutuhkan PLTU. "Kami memang terus mendorong untuk mengakomodir tenaga lokal," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015