Denpasar (Antara Bali) - Gabungan antara merek perhotelan internasional dan domestik serta pengembang properti di Indonesia telah berkontribusi terhadap kemajuan industri senilai Rp31 triliun dalam bentuk properti yang dijual.

Popy Tobing, Communications Executive-Indonesia, Delivering Asia Communications melalui surat elektronik diterima Antara Bali, Kamis menyebutkan riset terbaru oleh grup konsultan perhotelan berbasis di Asia, C9 Hotelworks, terdapat lebih dari 28 ribu unit hunian dengan merek hotel yang siap dijual di tujuh negara Asia Tenggara melalui 120 proyek yang sedang digarap.  

Di Indonesia sendiri yang merupakan kedua terbesar di Asia Tenggara, ukuran pasar tercermin dengan 28 proyek baru yang siap menyediakan hunian baru. Lokasi terpopuler di Indonesia untuk hotel terdapat di Bali, Jakarta, Bintan dan Lombok. Harga rata-rata per meter persegi untuk properti di tengah kota adalah Rp93 juta per meter persegi, sedangkan pada tujuan wisata, nilainya berkisar Rp58 juta per meter persegi.

Ia mengatakan satu kunci pemicu pesatnya gelombang pertumbuhan hotel tersebut adalah bertambahnya jumlah proyek untuk berbagai kepentingan yang terdiri atas komponen hotel dan perumahan. Merek hotel ternama membantu penjualan properti dengan harga premium, yang dalam hal pasar telah disamakan dalam bentuk 26 persen di lokasi resort dan 14 persen produk tengah kota, dibandingkan dengan proyek mandiri. Kepercayaan terhadap merek menjadi pengikat kuat dalam kerja sama hotel dan tempat tinggal baru.

Proyek premium di Jakarta seperti Raffles yang dikembangkan oleh Ciputra dan yang baru-baru ini dibangun Langham Residences telah menunjukkan laju penjualan pesat dalam harga tinggi. Penawaran skala menengah yang semakin banyak kini menciptakan kehadiran yang semakin luas di daerah lain, seperti Bogor dalam sektor hotel kondominium (kondotel).   

Menanggapi riset tersebut, Managing Director C9, Bill Barnet mengatakan pola historis hotel dan perumahan telah bergeser dari pantai dan tujuan wisata dan kini menuju ke pusat kota. Pembeli gaya hidup tradisional digantikan oleh pembeli langsung, dengan segmen transaksi terbesar ditunjukkan oleh Indonesia.  

Hal tersebut, kata dia, jelas terlihat bahwa harga tanah yang naik perlahan-lahan memicu pengembang untuk menerapkan proyek untuk berbagai kepentingan dalam jumlah yang terus bertambah, dan sering tertera pada iklannya, daya tarik olahraga dan wisata sebagai penawaran gaya hidupnya.

Berdasarkan laporan C9 Hotelworks menyoroti fokus ulang rantai perhotelan global yang telah menyadari bahwa untuk memacu pertumbuhan yang terutama adalah dengan menggandeng partner pengembang properti residence hotel.  

Kelompok utama dalam sektor tersebut meliputi Louvre, Banyan Tree yang berasal dari Singapura, Starwood, Shangri-La dan Ritz-Carlton. Rantia hotel butik seperti Alila juga telah sukses mengembangkan propertinya dengan kerjasama bernilai tinggi. Di Indonesia, pemain utama dalam segmen terdiri atas Archipelago, Tauzia dan Swiss-Belhotel.

Proyek baru di Indonesia yang kian bertambah jumlahnya terus meningkatkan kerja sama antar merek hotel.  Para pengembang begitu terpukul oleh level nilai tukar dolar AS dan bertekad mengembangkan di pasar yang lebih luas, oleh karenanya, mereka melihat adanya gerakan pada aset hotel yang dapat meringakankan resiko proyek dan mendapat pemasukan berkelanjutan.

Dengan mengurai saluran proyek hotel, maka jelas terlihat proyek dengan jumlah yang signifikan kini terdiri atas elemen akomodasi tradisional dan tempat tinggal. Diprediksi pengembangan proyek berbagai kepentingan di tengah kota akan terus berlanjut di beberapa tahun mendatang. Dilaporkan pula terdapat suplai berlebih di sektor hotel kondominium (kondotel) di Bali.    

Sementara hunian bermerek hotel menjadi produk unggulan industri perumahan, Bill Barnett dari C9 dengan hati-hati menanggapi,

"Siklus properti di Asia dan Indonesia telah mengalami tipe proyek investasi seperti ini pada pertengahan 1990-an dan juga di pertengahan tahun 2000-an, oleh karena sejarah terus berulang, maka kali ini dalam skala yang bisa dibilang lebih tinggi," katanya.(I020)

Pewarta: Pewarta I Komang Suparta

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015