Sintang (Antara Bali) - Yayasan Kobus dan Koperasi Jasa Menenun Mandiri bersama Pemerintah Kabupaten Sintang menggelar festival dan perlombaan tenun ikat Sintang ke -IX dalam upaya melestarikan budaya lokal.

Bupati Sintang, Milton Crosby di Sintang, Sabtu mengatakan, tenun ikat Sintang sudah cukup dikenal luas oleh masyarakat baik lokal, nasional hingga dunia internasional.

"Tenun ikat Sintang juga sudah mewakili negeri ini karena berhasil masuk dalam koleksi museum di Amsterdam yang mengoleksi tenun ikat di seluruh dunia. Hal itu karena tenun ikat kita punya keistimewaan tersendiri," katanya.

Kegiatan festival dan perlombaan tenun ikat dan kerajinan lainnya itu dilaksanakan di rumah betang yang dikelola Yayasan Kobus.

Kegiatan tersebut menarik perhatian Komisaris Grup Femina, salah satu grup majalah gaya hidup terbesar Indonesia, Pia Alisjahbana dan juga Wakil Wali Kota Tomohon Sulawesi Utara, Linneke Syennie Watoelangkow.

Keduanya datang khusus untuk menyaksikan kegiatan tersebut.

Milton secara khusus memberikan apreasiasi terhadap apa yang sudah diupayakan Yayasan Kobus dan Koperasi Jasa Menenun Mandiri Sintang yang sudah sejak lama memberikan perhatian pada upaya pelestarian tenun ikat Sintang yang hampir punah.

"Lembaga ini sangat berperan melstarikan tenun ikat Sintang sehingga sudah dikenal luas," katanya.

Ia mengatakan, selain harus ada regenerasi penenun, juga kalau bisa ada motif baru hasil kreasi penenun disesuaikan dengan perkembangan zaman.

"Kain tenun ikat Sintang ini disertai dengan cerita dari motof yang dibuat dan ini yang membuatnya menjadi unik, harapan saya catatan cerita dari motif kain ini bisa terhimpun dengan baik," imbuhnya.

Menurunya, kerajinan tenun ikat Sintang sudah turut membantu menggerakkan perekonomian rakyat berbasis industri rumah tangga.

"Apalagi ibu-ibu penenun saat ini sudah bisa mandiri," ucapnya.

Bahkan ia menilai, kerajinan tangan baik tenunan maupun anyaman bisa ada di tiap rumah penduduk.

"Daerah kita sudah terbiasa banjir, kalau bisa ketika banjir yang mengakibatkan aktivitas pertanian tidak bisa dilakukan, menenun atau menganyam bisa jadi pilihan yang bisa dilakukan di rumah, ini juga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga," imbuhnya.

Ketua panitia kegiatan, Sugiman mengatakan, acara itu dilaksanakan sebagai wujud konkrit dalam pelestarian seni budaya asli Sintang khususnya tenun ikat.

"Juga sekaligus sebagai media promosi kebudayaan, bagi pengrajin merupakan motivasi untuk terus melestarikan dan meningkatkan kualitas tenunan," jelasnya.

Ia mengatakan, Koperasi Jasa Menenun Mandiri yang selama lima tahun terakhir intensif membina dan mengembangkan tenun ikat di Sintang juga telah berhasil mendapatkan penghargaan Upakarti dan Presiden RI.

"Tentunya ini prestasi yang patut dibanggakan adan akan terus kita tingkatkan," katanya.

Menurutnya, kendala dalam melestarikan tenun ikat Sintang terutama adalah pemenuhan kebutuhan untuk pewarna alami meskipun saat ini sudah ada perawana kimia yang bisa digunakan penenun.

"Pewarna alami ini lebih khas dan kami sedang berupaya untuk melakukan budidaya tumbuhan pewarna alami ini dan tentunya ini butuh dukungan semua pihak termasuk pemerintah daerah," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010