Karawang (Antara Bali) - Presiden Joko Widodo menegaskan hingga saat ini cadangan beras nasional mencukupi dan pemerintah belum berencana impor beras.
"Kebutuhan beras kita bisa dipenuhi dengan produksi petani, tidak ada impor. Sampai detik ini tidak ada impor. Meski banyak desakan untuk kita mengimpor beras," kata Presiden seusai meninjau pertanian di Karawang, Minggu.
Presiden menambahkan,"cadangan, beras sampai hari ini, ada 1,7 juta ton. Cukup aman. Ini masih ditambah lagi loh, masih ada panen Oktober, November pun masih ada sisa-sisa panen. Untuk menambah ini, jadi tambah dua bulan jadi berapa?."
Meski demikian, Presiden mengatakan ada cadangan beras yang akan digunakan untuk beras sejahtera dan juga kesiapan untuk menghadapi el nino sehingga persediaan beras cukup untuk Desember dan Januari.
"Tantangan ke depan adalah insentif untuk petani, sehingga semuanya bergairah untuk produksi. Kalau semuanya berpikiran untuk produksi, produksi seperti sekarang ini yang dilakukan IPB," kata Presiden.
Selain itu juga diperlukan intensifikasi pangan sehingga produksi bisa meningkat.
"Intensifikasi seperti ini diperlukan. Jadi ada buat sawah baru, tetapi juga sawah yang ada intensifikasi sehingga hasil produksi per hektar meningkat total. Ini baru dicoba 500 hektar. Setelah ini, pak mentan beri tugas ke IPB 100.000 hektar, langsung. Nanti pembagian seperti apa, biar IPB yang pikirkan. Ke depan, bulog harus jadi penyangga supaya harga yang ada di pasar itu tidak dimainkan oleh spekulan," kata Kepala Negara.
Pemerintah, kata Presiden memutuskan enam provinsi menjadi penyangga pangan nasional masing-masing Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan.
Presiden memaparkan setidaknya ada potensi 15 juta ton hasil panen hingga Desember mendatang.
Kepala negara berpandangan perlu penghitungan yang matang sehingga cadangan pangan cukup.
"Ini masih dalam perhitungan karena dampak elnino. Ini masih perhitungan semuanya. Karena kita perlu cadangan yang betul-betul kita yakini aman semua, tidak ragu-ragu dengan kalkulasi lagi," tegasnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Kebutuhan beras kita bisa dipenuhi dengan produksi petani, tidak ada impor. Sampai detik ini tidak ada impor. Meski banyak desakan untuk kita mengimpor beras," kata Presiden seusai meninjau pertanian di Karawang, Minggu.
Presiden menambahkan,"cadangan, beras sampai hari ini, ada 1,7 juta ton. Cukup aman. Ini masih ditambah lagi loh, masih ada panen Oktober, November pun masih ada sisa-sisa panen. Untuk menambah ini, jadi tambah dua bulan jadi berapa?."
Meski demikian, Presiden mengatakan ada cadangan beras yang akan digunakan untuk beras sejahtera dan juga kesiapan untuk menghadapi el nino sehingga persediaan beras cukup untuk Desember dan Januari.
"Tantangan ke depan adalah insentif untuk petani, sehingga semuanya bergairah untuk produksi. Kalau semuanya berpikiran untuk produksi, produksi seperti sekarang ini yang dilakukan IPB," kata Presiden.
Selain itu juga diperlukan intensifikasi pangan sehingga produksi bisa meningkat.
"Intensifikasi seperti ini diperlukan. Jadi ada buat sawah baru, tetapi juga sawah yang ada intensifikasi sehingga hasil produksi per hektar meningkat total. Ini baru dicoba 500 hektar. Setelah ini, pak mentan beri tugas ke IPB 100.000 hektar, langsung. Nanti pembagian seperti apa, biar IPB yang pikirkan. Ke depan, bulog harus jadi penyangga supaya harga yang ada di pasar itu tidak dimainkan oleh spekulan," kata Kepala Negara.
Pemerintah, kata Presiden memutuskan enam provinsi menjadi penyangga pangan nasional masing-masing Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan.
Presiden memaparkan setidaknya ada potensi 15 juta ton hasil panen hingga Desember mendatang.
Kepala negara berpandangan perlu penghitungan yang matang sehingga cadangan pangan cukup.
"Ini masih dalam perhitungan karena dampak elnino. Ini masih perhitungan semuanya. Karena kita perlu cadangan yang betul-betul kita yakini aman semua, tidak ragu-ragu dengan kalkulasi lagi," tegasnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015