Denpasar (Antara Bali) - Subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) di Bali dalam membentuk nilai tukar petani (NTP) peranannya menurun 2,19 persen dari 101,39 persen pada Juli 2015 menjadi hanya 99,17 persen pada Agustus 2015.

"NTP-Pr kembali di bawah nilai 100 itu menunjukkan bahwa biaya yang harus dikeluarkan petani dalam subsektor perkebunan lebih besar dari pendapatan yang diterima petani dari hasil perkebunannya," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar di Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan, secara umum menurunnya NTP subsektor perkebunan dipicu oleh menurunnya indeks yang diterima petani (Lt) sebesar 1,72 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani (lb) mengalami kenaikan sebesar 0,49 persen.

Sejumlah komoditas perkebunan yang memberikan andil atas turunnya ineks yang diterima petani antara lain kopi, kakao, cengkeh dan kelapa. Pada sisi lain indeks yang dibayar petani dipengaruhi oleh indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,63 persen serta

biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,02 persen.

Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri, Disperindag Bali Made Suastika dalam kesempatan terpisah menjelaskan, kakao hasil perkebunan rakyat di Kabupaten Tabanan, Jembrana dan Buleleng berhasil menembus pasaran ekspor menghasilkan devisa

sebesar 829 ribu dolar AS dari pengapalan 110 ton selama enam bulan periode Januari-Juni 2015.

Perolehan devisa tersebut meningkat hingga 21,85 persen jika dibandingkan periode yang sama 2014 hanya 680 juta dolar. Ada sedikitnya lima negara pembeli utama kakao hasil petani daerah ini yakni Amerika Serikat, Inggris, Firlandia, Malaysia dan Australia, disamping negara lainnya yasng masih dalam penjajagan, karena Bali sendiri menghasilkan sangat terbatas.

Pebisnis asal Perancis tampaknya juga ada minat untuk membeli kakao hasil perkebunan petani di Kabupaten Jembrana, yang hasil petikannya memiliki kualitas diharapkan dan jika bisa teralisasi akan mampu mendongkrak hasil ekspor perkebunan Bali.

Bali sebagai daerah pariwisata sangat menguntungkan, karena turis asing yang berlibur di daerah ini ada diantaranya sambil berbisnis, oleh sebab itu hasil perkebunan rakyat daerah ini diharapkan akan lebih banyak memasuki pasar ekspor seperti vanili, kopi dan sebagainya.

Panasunan Siregar menambahkan, subsektor tanaman perkebunan rakyat merupakan salah satu dari lima pembentukan NTP Bali. Dari lima subsektor itu tiga di antaranya mengalami peningkatan dan dua subsektor menurun.

Tiga subsektor yang mengalami kenaikan terdiri atas tanaman pangan sebesar 1,79 persen, peternakan 0,28 persen dan subsektor perikanan 0,22 persen.

Sedangkan dua subsektor yang menurun selain subsektor perkebunan juga subsektor tanaman sebesar 1,38 persen, ujar Panassunan Siregar.(APP)

Pewarta: Pewarta : I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015