Bandung (Antara Bali) - Kepompong atau "enthung" ulat pohon jati memiliki banyak manfaat dan berkandungan gizi tinggi, kata pakar dari Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) Dr Suharwadji di Bandung, Senin

"Kepompong yang disebut enthung dalam Bahasa Jawa ternyata juga dikonsumsi di Blora, Jawa Tengah, dan Gunungkidul, Yogyakarta. Biasanya kepompong daun jati (ungker) dimasak dengan garam dan bawang putih menjadi lauk,"  kata Suharwadji.

Enthung yang biasa menempel di bawah serakan sampah ataupun daun jati yang jatuh ke tanah. Bahkan ada beberapa di antaranya yang terpendam di bawah tanah.

Musim enthung biasanya datang setahun sekali beberapa saat setelah datangnya musim hujan. Enthung sendiri berwarna coklat tua sampai  kehitaman dengan ukuran panjang kira - kira dua centimeter dan hasil penelitian memiliki kandungan protein yang sangat tinggi.

Kandungan nutrisi ulat daun jati berupa ptotein,  mineral, vitamin, lemak dan karbohidrat. Enthung merupakan kepompong dari jenis ulat jati Hyblaea puera.

Ciri-ciri fisik enthung jati (kepompong) ini adalah warna coklat sampai coklat tua kehitam-hitaman, panjang rata-rata 1,4-1,9 centimeter dan berat rata-rata 0,7-1,3 miligram.

Untuk pengolahan sebagai bahan makanan, Enthung biasanya jika digoreng, dengan ditambahkan bumbu sesuai selera yang diinginkan, bisa di masak dengan bumbu kecap.  Selain enak, goreng ulat juga dipercaya mampu menyembuhkan alergi kulit. "Bila belum mencoba, maka tidak mengetahui lezatnya makan enthung ulat jati. Orang biasanya akan geli atau jijik melihat enthung tersebut. Namun, tapi bila  sudah biasa, akan  nikmat rasanya," kata Suharwadji menambahkan. (WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015