Denpasar (Antara Bali) - Anggota Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) secara tidak langsung menikmati keuntungan dari kenaikan nilai dolar yang kini menembus angka mencapai Rp14.000/dolar.
"Menurunnya nilai rupiah terhadap dolar menguntungkan anggota Asephi, karena dalam aktivitas perdagangan luar negeri menggunakan nilai rupiah," kata Ketua Asephi Bali, Ketut Dharma Siadja di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, keuntungan itu tidak hanya dinikmati anggota Asephi Bali, namun juga umumnya secara nasional, karena pembayaran dari perdagangan luar negeri itu menggunakan mata uang dolar.
"Jika nilai dolar naik maka harga barang yang dijual otomatis harganya makin tinggi," ujar Ketut Dharma Siadja.
Ketut Dharma Siadja mengaku, nilai rupiah terhadap dolar stabil jika dolar tidak mengalami kenaikan atau penurunan.
"Untuk keuntungan kami tidak akan membeberkan karena itu rahasia dari perusahaan," ujar Ketut Dharma Siadja.
Ia mengaku, keuntungan yang dinikmati tergantung dari perusahaan masing-masing, beberapa perusahaan mematok dolar terhadap rupiah saat menandatangani kontrak dengan mitra usaha di luar negeri.
Ketut Dharma Siadja menambahkan, untuk ekspor aneka jenis kerajinan dari Bali pada semester pertama 2015 dari segi volume mengalami penurunan 10 persen.
"Kondisi itu diperkirakan menurun dalam semester II-2015, mengingat pertumbuhan ekonomi global semakin kerosot," ujar Ketut Dharma Siadja. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Menurunnya nilai rupiah terhadap dolar menguntungkan anggota Asephi, karena dalam aktivitas perdagangan luar negeri menggunakan nilai rupiah," kata Ketua Asephi Bali, Ketut Dharma Siadja di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, keuntungan itu tidak hanya dinikmati anggota Asephi Bali, namun juga umumnya secara nasional, karena pembayaran dari perdagangan luar negeri itu menggunakan mata uang dolar.
"Jika nilai dolar naik maka harga barang yang dijual otomatis harganya makin tinggi," ujar Ketut Dharma Siadja.
Ketut Dharma Siadja mengaku, nilai rupiah terhadap dolar stabil jika dolar tidak mengalami kenaikan atau penurunan.
"Untuk keuntungan kami tidak akan membeberkan karena itu rahasia dari perusahaan," ujar Ketut Dharma Siadja.
Ia mengaku, keuntungan yang dinikmati tergantung dari perusahaan masing-masing, beberapa perusahaan mematok dolar terhadap rupiah saat menandatangani kontrak dengan mitra usaha di luar negeri.
Ketut Dharma Siadja menambahkan, untuk ekspor aneka jenis kerajinan dari Bali pada semester pertama 2015 dari segi volume mengalami penurunan 10 persen.
"Kondisi itu diperkirakan menurun dalam semester II-2015, mengingat pertumbuhan ekonomi global semakin kerosot," ujar Ketut Dharma Siadja. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015