Singaraja (Antara Bali) - Kalangan petani di Desa Pancasari, Buleleng, Bali menggunakan pompa air mengairi lahan stroberi sebagai antisipasi musim kemarau panjang sejak beberapa bulan yang lalu.
"Kami menggunakan pompa mengairi tanamam stroberi yang memerlukan air dengan intensitas cukup besar setiap saat," kata Gede Lantur, salah seorang petani stroberi di desa setempat, Rabu.
Ia menjelaskan, pompa air miliknya menggunakan sistem sumur, dimana air terlebih dahulu ditampung dalam sebuah sumur, lalu kemudian dipompa ke lahan yang terlokasi lebih tinggi.
Lebih lanjut, ia mengatakan, pihaknya memakai pompa air berkapasitas cukup besar sudah sejak beberapa tahun lalu, sebagai antisipasi musim kemarau setiap tahunnya.
"Pompa ini sebagai antisipasi musim kemarau saja, sekarang terasa sangat diperlukan karena sudah dua bulan lebih belum pernah turun hujan di daerah ini, padahal sebelumnya, hujan selalu turun hampir sepanjang tahun," imbuhnya.
Dikatakan, satu pompa air digunakan mengairi lahan stroberi seluar 40 are, untuk menyalurkan air digunakan pipa penyalur berukuran diameter 15 centimeter sehingga seluruh tanaman mendapatkan air secara merata.
"Untuk memastikan semua tanaman terairi, kami menggunakan sebanyak 100 buah pipa berukuran satu dim, satu dim pipa ukurannya kurang lebih empat meter," katanya.
Ia menambahkan, pompa air yang digunakan saat ini dibeli dengan harga Rp30 juta, ditambah beberapa pelengkap lainnya menembus biaya Rp35 juta.
"Tambahan biaya Rp5 juta digunakan untuk membeli pipa dan beberapa penyambung pipa ukuran kecil, biasanya diletakan tepat di bawah tanamam stroberi," ungkap dia.
Disinggung mengenai omzet usaha menamam stroberi, Lantur mengatakan, ketika musim kemarau tiba, omzet cenderung bertambah dibandingkan pada musim hujan.
"Musim seperti sekarang ini, dalam sebulan mendapatkan untuk bersih sekitar Rp3 juta, jauh lebih besar dibandingkan musim hujan di kisaran Rp1 juta saja karena buah banyak yang busuk," imbuhnya.(APP)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Kami menggunakan pompa mengairi tanamam stroberi yang memerlukan air dengan intensitas cukup besar setiap saat," kata Gede Lantur, salah seorang petani stroberi di desa setempat, Rabu.
Ia menjelaskan, pompa air miliknya menggunakan sistem sumur, dimana air terlebih dahulu ditampung dalam sebuah sumur, lalu kemudian dipompa ke lahan yang terlokasi lebih tinggi.
Lebih lanjut, ia mengatakan, pihaknya memakai pompa air berkapasitas cukup besar sudah sejak beberapa tahun lalu, sebagai antisipasi musim kemarau setiap tahunnya.
"Pompa ini sebagai antisipasi musim kemarau saja, sekarang terasa sangat diperlukan karena sudah dua bulan lebih belum pernah turun hujan di daerah ini, padahal sebelumnya, hujan selalu turun hampir sepanjang tahun," imbuhnya.
Dikatakan, satu pompa air digunakan mengairi lahan stroberi seluar 40 are, untuk menyalurkan air digunakan pipa penyalur berukuran diameter 15 centimeter sehingga seluruh tanaman mendapatkan air secara merata.
"Untuk memastikan semua tanaman terairi, kami menggunakan sebanyak 100 buah pipa berukuran satu dim, satu dim pipa ukurannya kurang lebih empat meter," katanya.
Ia menambahkan, pompa air yang digunakan saat ini dibeli dengan harga Rp30 juta, ditambah beberapa pelengkap lainnya menembus biaya Rp35 juta.
"Tambahan biaya Rp5 juta digunakan untuk membeli pipa dan beberapa penyambung pipa ukuran kecil, biasanya diletakan tepat di bawah tanamam stroberi," ungkap dia.
Disinggung mengenai omzet usaha menamam stroberi, Lantur mengatakan, ketika musim kemarau tiba, omzet cenderung bertambah dibandingkan pada musim hujan.
"Musim seperti sekarang ini, dalam sebulan mendapatkan untuk bersih sekitar Rp3 juta, jauh lebih besar dibandingkan musim hujan di kisaran Rp1 juta saja karena buah banyak yang busuk," imbuhnya.(APP)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015