Denpasar (Antara Bali) - Pengusaha aneka kerajinan dan matadagangan nonmigas Bali berupaya mampu memperluas pangsa pasar ekspor, mengingat pasar yang ada selama ini sedikit mengendor akibat kondisi ekonomi yang belum kondusif.
"Amerika Serikat yang merupakan pasar utama kerajinan Bali, pertumbuhan ekonominya tidak sesuai diharapkan menyebabkan realisasi perdagangan luar negeri anjlok," kata Pengusaha Kerajinan, Nyoman Wijaya Saputra di bengkel kerjanya Denpasar, Kamis.
Pengrajin Pulau Dewata mampu memproduksi aneka barang bernilai seni dan unik dalam jumlah banyak, kini memerlukan pasar ke mancanegara, dengan memperluas pangsa pasar di lingkungan ASEAN, Afrika dan negara potensi lainnya.
"Kami sekarang memerlukan pasar supaya bisa menjual hasil kerajinan masyarakat yang berbasis di daerah pedesaan di Bali, bersyukur dunia parwisata masih eksis sehingga ada saja yang laku terjual sebagai barang cendramata," ujar Wijaya.
Ia yang mengaku memasarkan aneka barang kerajinan dengan memproduksi mata dagangan bernilai seni dengan rancang bangun yang diciptakan desainer Bali maupun menerima dari mitra bisnisnya di luar negeri sesuai perkembangan zaman.
Pangsa pasar ekspor yang ada dari berbagai negara konsumen tampaknya masih lesu, akibat berbagai terpaan resisi dunia, sehingga jumlah pengiriman barang maupun devisa yang diterima tidak bisa merangkak sesuai harapan.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri, Disperindag Bali Made Suastika, membenarkan kondisi pasar aneka barang kerajinan sedikit lesu terutama pembeli asal Amerika Serikat, konon akibat guncangan perekonomian yang dialami negeri adidaya itu secara berkelanjutan.
Amerika diakui masih sebagai pembeli yang terbanyak, namun jumlahnya tetap berkurang hampir setiap tahun, begitu pula pembeli dari Jepang belum ada saingannya, namun jumlahnya juga melorot terus sehingga kondisi perdagangannya tetap lesu.
Suastika menjelaskan, perolehan devisa dari aneka kerajinan Bali selama Januari-Juni 2015 hanya 100,1 juta dolar AS melorot 15,12 persen dari periode sama 2014 mencapai 117,9 juta dolar, hasil industri kecil juga berkurang dari 93,6 juta menjadi hanya 74,8 juta dolar Januari-Juni 2015.(APP)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Amerika Serikat yang merupakan pasar utama kerajinan Bali, pertumbuhan ekonominya tidak sesuai diharapkan menyebabkan realisasi perdagangan luar negeri anjlok," kata Pengusaha Kerajinan, Nyoman Wijaya Saputra di bengkel kerjanya Denpasar, Kamis.
Pengrajin Pulau Dewata mampu memproduksi aneka barang bernilai seni dan unik dalam jumlah banyak, kini memerlukan pasar ke mancanegara, dengan memperluas pangsa pasar di lingkungan ASEAN, Afrika dan negara potensi lainnya.
"Kami sekarang memerlukan pasar supaya bisa menjual hasil kerajinan masyarakat yang berbasis di daerah pedesaan di Bali, bersyukur dunia parwisata masih eksis sehingga ada saja yang laku terjual sebagai barang cendramata," ujar Wijaya.
Ia yang mengaku memasarkan aneka barang kerajinan dengan memproduksi mata dagangan bernilai seni dengan rancang bangun yang diciptakan desainer Bali maupun menerima dari mitra bisnisnya di luar negeri sesuai perkembangan zaman.
Pangsa pasar ekspor yang ada dari berbagai negara konsumen tampaknya masih lesu, akibat berbagai terpaan resisi dunia, sehingga jumlah pengiriman barang maupun devisa yang diterima tidak bisa merangkak sesuai harapan.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri, Disperindag Bali Made Suastika, membenarkan kondisi pasar aneka barang kerajinan sedikit lesu terutama pembeli asal Amerika Serikat, konon akibat guncangan perekonomian yang dialami negeri adidaya itu secara berkelanjutan.
Amerika diakui masih sebagai pembeli yang terbanyak, namun jumlahnya tetap berkurang hampir setiap tahun, begitu pula pembeli dari Jepang belum ada saingannya, namun jumlahnya juga melorot terus sehingga kondisi perdagangannya tetap lesu.
Suastika menjelaskan, perolehan devisa dari aneka kerajinan Bali selama Januari-Juni 2015 hanya 100,1 juta dolar AS melorot 15,12 persen dari periode sama 2014 mencapai 117,9 juta dolar, hasil industri kecil juga berkurang dari 93,6 juta menjadi hanya 74,8 juta dolar Januari-Juni 2015.(APP)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015