Denpasar (Antara Bali) - Volume sampah perkotaan yang tercatat pada tempat pembuangan akhir di Bali setiap harinya rata-rata mencapai 5.094 meter kubik yang hingga kini belum seluruhnya dapat ditangani secara tuntas.
"Itu baru sampah di tempat pembuangan akhir (TPA), dan yang di luar TPA jumlahnya bisa mencapai dua hingga tiga kali lipat," Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Bali Anak Agung Gde Alit Sastrawan di Denpasar, Selasa.
Pada pembukaan Lokakarya "Pengelolaan Sampah Kemasan Kertas Berasis Masyarakat Menuju Bali Green Province" ia mengingatkan masalah harus dapat ditangani secara tuntas dalam mewujudkan Bali sebagai pulau bersih dan hijau (Bali clean and green).
Oleh sebab itu perlu dukungan dan peranserta semua pihak dalam menangani masalah sampah secara tuntas, terutama peranserta masyarakat. katanya.
Masyarakat hendaknya mempunyai kesadaran dan tanggung jawab yang besar terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan.
Alit Sastrawan berharap masyarakat membuang sampah pada tempat-tempat yang telah disediakan, dengan harapan petugas kebersihan lebih mudah memungut dan mengangkutnya ke TPA sampah.
Perilaku masyarakat yang demikian itu secara tidak langsung mendukung program Bali bersih dan provinsi hijau yang dicanangkan Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan Wakil Gubernur Bali AAN Puspayoga, ujar Alit Sastrawan.
Sampah dan masalah kebersihan di Bali menurut Gubernur Pastika menjadi keluhan utama wisatawan mancanegara dalam menikmati liburan di Pulau Dewata.
Selain sampah ada sepuluh masalah lainnya yang menjadi sorotan wisatawan dengan harapan dapat ditangani dengan baik, agar Bali tetap menjadi daerah tujuan wisata masyarakat internasional.
Sepuluh masalah lainnya yang menjadi sorotan toris, antara lain kemacetan lalu lintas dan atrian yang panjang di Bandara Ngurah Rai, Bali, baik kedatangan maupun keberangkatan.
Oleh sebab itu menjadi tanggung jawab bersama dalam mengatasi berbagai permasalahan yang selama ini menjadi sorotan wisatawan.
Selain sampah, masalah yang kini juga dihadapi Bali menyangkut air permukaan yang telah mengalami tekanan secara signifikan baik kualitas maupun kuantitas.
Empat buah danau mengalami sedimentasi dan pendangkalan, air bawah tanah pada daerah-daerah padat aktivitas pariwisata sehingga mengakibatkan terintrusi air laut.
Menurut Gubernur Pastika demikian juga menyangkut masalah abrasi pantai, kerusakan terumbu karang, kerusakan vegetasi hutan mangrove dan pencemaran air laut.
Semuanya itu akibat perilaku manusia yang mengabaikan aspek-aspek kelestarian lingkungan hidup. Oleh sebab itu perlu tindakan nyata untuk mencegah dan melarang aktivitas industri-industri yang mencemari lingkungan hidup.
Untuk itu perlu kerja sama yang baik antara Pemprov Bali dengan Pemkab/Pemkot serta seluruh komponen masyarakat di daerah ini, harap Gubernur Pastika.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010
"Itu baru sampah di tempat pembuangan akhir (TPA), dan yang di luar TPA jumlahnya bisa mencapai dua hingga tiga kali lipat," Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Bali Anak Agung Gde Alit Sastrawan di Denpasar, Selasa.
Pada pembukaan Lokakarya "Pengelolaan Sampah Kemasan Kertas Berasis Masyarakat Menuju Bali Green Province" ia mengingatkan masalah harus dapat ditangani secara tuntas dalam mewujudkan Bali sebagai pulau bersih dan hijau (Bali clean and green).
Oleh sebab itu perlu dukungan dan peranserta semua pihak dalam menangani masalah sampah secara tuntas, terutama peranserta masyarakat. katanya.
Masyarakat hendaknya mempunyai kesadaran dan tanggung jawab yang besar terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan.
Alit Sastrawan berharap masyarakat membuang sampah pada tempat-tempat yang telah disediakan, dengan harapan petugas kebersihan lebih mudah memungut dan mengangkutnya ke TPA sampah.
Perilaku masyarakat yang demikian itu secara tidak langsung mendukung program Bali bersih dan provinsi hijau yang dicanangkan Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan Wakil Gubernur Bali AAN Puspayoga, ujar Alit Sastrawan.
Sampah dan masalah kebersihan di Bali menurut Gubernur Pastika menjadi keluhan utama wisatawan mancanegara dalam menikmati liburan di Pulau Dewata.
Selain sampah ada sepuluh masalah lainnya yang menjadi sorotan wisatawan dengan harapan dapat ditangani dengan baik, agar Bali tetap menjadi daerah tujuan wisata masyarakat internasional.
Sepuluh masalah lainnya yang menjadi sorotan toris, antara lain kemacetan lalu lintas dan atrian yang panjang di Bandara Ngurah Rai, Bali, baik kedatangan maupun keberangkatan.
Oleh sebab itu menjadi tanggung jawab bersama dalam mengatasi berbagai permasalahan yang selama ini menjadi sorotan wisatawan.
Selain sampah, masalah yang kini juga dihadapi Bali menyangkut air permukaan yang telah mengalami tekanan secara signifikan baik kualitas maupun kuantitas.
Empat buah danau mengalami sedimentasi dan pendangkalan, air bawah tanah pada daerah-daerah padat aktivitas pariwisata sehingga mengakibatkan terintrusi air laut.
Menurut Gubernur Pastika demikian juga menyangkut masalah abrasi pantai, kerusakan terumbu karang, kerusakan vegetasi hutan mangrove dan pencemaran air laut.
Semuanya itu akibat perilaku manusia yang mengabaikan aspek-aspek kelestarian lingkungan hidup. Oleh sebab itu perlu tindakan nyata untuk mencegah dan melarang aktivitas industri-industri yang mencemari lingkungan hidup.
Untuk itu perlu kerja sama yang baik antara Pemprov Bali dengan Pemkab/Pemkot serta seluruh komponen masyarakat di daerah ini, harap Gubernur Pastika.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010