Gianyar (Antara Bali) - Puluhan mahasiswa dari empat negara yang tergabung dalam kegiatan Bali International Field School (BIFS) 2015 mengadakan penelitian terhadap sistem pengairan tradisional bidang pertanian (subak) di Kabupaten Gianyar, Bali.

Mahasiswa tersebut berasal dari Jepang, Thailand, Hong Kong dan tuan rumah Indonesia mengadakan penelitian selama sepekan, 2-8 Agustus 2015, kata Ketua Badan Pelestarian Pusaka Indonesia Catrini Pratihari saat mengadakan pertemuan dengan Bupati Gianyar Anak Agung Bharata, Selasa.

Rombongan yang didominasi mahasiswa dari Universitas Kyoto, Jepang menekankan untuk menelaah bagaimana kelangsungan organisasi subak yang keberadaannya semakin tertekan dampak globalisasi.

Catrini Pratihari menjelaskan, penelitian tersebut antara lain dilaksanakan di subak Nyuh Kuning, perkampungan seniman Ubud.

Lewat kegiotan tersebut seluruh peserta mendapat pengalaman yang berharga selama penelitian. Dengan keberagaman budaya, dan karakter masyarakat yang bersahabat, semoga apat memetik sesuatu yang bermakna, ujarnya.

Bupati Gianyar Anak Agung Bharata mengatakan, sebuah kehormatan bagi Pemkab Gianyar mendapat kepercayaan menjadi tuan rumah BIFS 2015.

"Ini merupakan kesempatan baik untuk membangun hubungan dari sisi budaya antar-negara yang berpartisipasi. Hal itu sejalan dengan komitmen Pemkab Gianyar untuk menjaga warisan pusaka budaya yang dimiliki Kabupaten Gianyar," ucapnya.

Ia mengharapkan penelitian tersebut dapat memberikan kontribusi nyata terhadap perkembangan sistem subak. seiring perkembangan zaman, peninggalan sejarah seni dan budaya mengalami ancaman.

"Saya harap, melalui BIFS dapat menggugah kesadaran masyarakat akan keberadaan sistem irigasi di Bali yang dijiwai oleh konsep Tri Hita Karana," ujar Bupati Gianyar Anak Agung Bharata. (WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015