Denpasar (Antara Bali) - Dinas Pertanian Provinsi Bali mengimbau para petani untuk menerapkan sistem "gilir giling" guna mengantisipasi kekeringan yang kini mengancam pertanian di Pulau Dewata.
"Mobilisasi pompa air perlu dilakukan guna mengairi persawahan di daerah yang terancam kekeringan dengan sistem gilir giling," kata Kepala Dinas Pertanian Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuwardhana di Denpasar, Rabu.
Sistem gilir giling, kata dia, merupakan pembagian air irigasi secara bergilir dan terencana secara efektif dan efisien melalui sistem berselang.
Gilir giling itu, ucap dia, bertujuan agar semua zona persawahan mendapatkan pasokan air dan mencegah adanya kawasan lainnya yang mengalami kekeringan.
Menurut dia, berdasarkan data pantauan selama Juni 2015, memasuki musim kemarau ini sebanyak 30 hektare lahan persawahan di dua kecamatan di Bali telah mengalami kekeringan.
"Namun kekeringan itu masih berintensitas ringan hingga sedang dan belum ada menyebabkan puso atau gagal panen," ucapnya.
Puluhan hektare lahan sawah yang kering tersebut yakni tersebar di Kecamatan Sawan di Kabupaten Buleleng dan Kecamatan Kerambitan di Kabupaten Tabanan.
Selain 30 lahan persawahan yang mengalami kekeringan dengan intensitas ringan hingga sedang itu, sekitar 450 hektare lahan sawah di dua kabupaten tersebut juga terancam mengalami kekeringan.
"Penyebab kekeringan pada subak-subak tersebut karena sedang dilakukan perbaikan saluran irigasi dan karena memang debit air yang kecil," ujarnya.
Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umim dan UPT Balai Wilayah Sungai dan Penida guna mengantisipasi kekeringan dan kesulitan air.
BMKG memprediksi puncak kekeringan di Bali tahun ini terjadi pada Agustus hingga September yang dikhawatirkan dapat menggangu produktivitas pertanian.
"Kami juga sudah melakukan langkah antisipasi seperti menyebarkan 68 pompa air dan rehabilitasi saluran irigasi untuk lahan seluas 34.216 hektare. Dengan rehabilitasi saluran irigasi, paling tidak air dari hulu bisa ke hilir sehingga tidak sampai ada yang terbuang," imbuhnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Mobilisasi pompa air perlu dilakukan guna mengairi persawahan di daerah yang terancam kekeringan dengan sistem gilir giling," kata Kepala Dinas Pertanian Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuwardhana di Denpasar, Rabu.
Sistem gilir giling, kata dia, merupakan pembagian air irigasi secara bergilir dan terencana secara efektif dan efisien melalui sistem berselang.
Gilir giling itu, ucap dia, bertujuan agar semua zona persawahan mendapatkan pasokan air dan mencegah adanya kawasan lainnya yang mengalami kekeringan.
Menurut dia, berdasarkan data pantauan selama Juni 2015, memasuki musim kemarau ini sebanyak 30 hektare lahan persawahan di dua kecamatan di Bali telah mengalami kekeringan.
"Namun kekeringan itu masih berintensitas ringan hingga sedang dan belum ada menyebabkan puso atau gagal panen," ucapnya.
Puluhan hektare lahan sawah yang kering tersebut yakni tersebar di Kecamatan Sawan di Kabupaten Buleleng dan Kecamatan Kerambitan di Kabupaten Tabanan.
Selain 30 lahan persawahan yang mengalami kekeringan dengan intensitas ringan hingga sedang itu, sekitar 450 hektare lahan sawah di dua kabupaten tersebut juga terancam mengalami kekeringan.
"Penyebab kekeringan pada subak-subak tersebut karena sedang dilakukan perbaikan saluran irigasi dan karena memang debit air yang kecil," ujarnya.
Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umim dan UPT Balai Wilayah Sungai dan Penida guna mengantisipasi kekeringan dan kesulitan air.
BMKG memprediksi puncak kekeringan di Bali tahun ini terjadi pada Agustus hingga September yang dikhawatirkan dapat menggangu produktivitas pertanian.
"Kami juga sudah melakukan langkah antisipasi seperti menyebarkan 68 pompa air dan rehabilitasi saluran irigasi untuk lahan seluas 34.216 hektare. Dengan rehabilitasi saluran irigasi, paling tidak air dari hulu bisa ke hilir sehingga tidak sampai ada yang terbuang," imbuhnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015