Gianyar (Antara Bali) - Ribuan tukik (anak penyu) hasil penangkaran dilepas di perairan laut Pantai Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, sebagai upaya meningkatkan populasi binatang langka tersebut.
Ketua Kelompok Konservasi Penyu Pantai Saba, Kabupaten Gianyar Made Kikik, Minggu mengatakan hingga kini telah melepas ke perairan bebas sekitar 15.000 ekor tukik hijau hasil penangkaran yang dilakukan bekerja sama dengan Rotary Care Baby Turtles Releas Rotray Club Bali Taman di Pantai Saba.
Ia mengatakan, pelepasan tukik sebanyak itu sejak tahun 2009-2015 selain di Pantai Saba, Gianyar juga dilakukan di sejumlah pantai lainnya di Bali yang menjadi habitat kehidupan penyu.
Khusus tahun 2015 berhasil menetaskan telur menjadi tukik sebanyak 1.273 ekor dari hasil penangkaran, sekitar 400 ekor di antaranya sudah dilepas oleh Rotary Club Bali Taman.
Made Kikik menjelaskan, sangat bersyukur akan kepedulian Rotary Club Bali Taman untuk ikut dalam pelestarian keberadaan penyu hijau di wilayahnya.
Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan serta peduli terhadap keberadaannya penyu.
Sejak adanya penangkaran penyu pindah dari tempat semula ke penangkaran yang baru sekarang penetasan telur semakin lancar.
"Sekitar 75 persen bisa menetas dan hidup, tidak seperti dipenangkaran sebelumnya lebih banyak yang gagal. Mudah-mudahan atas kepedulian para donatur keberadaan tukik Pantai Saba semakin berkembang dan wisatawan semakin tertarik untuk berkunjung ke daerahnya," ujarnya.
Pihaknya menetaskan telur penyu di penangkaran yang sederhana hanya beratapkan kayu, bahkan puluhan ekor anak penyu mati di tempat penangkaran Pantai Saba, Kabupaten Gianyar, Bali.
"Kelahiran tukik ini sudah keempat kalinya sejak 2010. Dari 1.500 telur yang ditetaskan kali ini, lahir sebanyak 51 ekor, 37 ekor di antaranya mati," kata I Made Kikik.
Selebihnya, lanjut dia, telur tukik tidak bisa menetas dan hilang karena aksi pencurian akibat minimnya alat pengaman.
"Kami sudah berusaha maksimal, namun hanya puluhan tukik yang bisa diselamatkan. Kendati demikian, kami sangat senang," ujarnya.
Ia mengakui penetasan telur penyu memang sangat sulit dilakukan, apalagi sarana dan prasarana yang tidak memadai. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Ketua Kelompok Konservasi Penyu Pantai Saba, Kabupaten Gianyar Made Kikik, Minggu mengatakan hingga kini telah melepas ke perairan bebas sekitar 15.000 ekor tukik hijau hasil penangkaran yang dilakukan bekerja sama dengan Rotary Care Baby Turtles Releas Rotray Club Bali Taman di Pantai Saba.
Ia mengatakan, pelepasan tukik sebanyak itu sejak tahun 2009-2015 selain di Pantai Saba, Gianyar juga dilakukan di sejumlah pantai lainnya di Bali yang menjadi habitat kehidupan penyu.
Khusus tahun 2015 berhasil menetaskan telur menjadi tukik sebanyak 1.273 ekor dari hasil penangkaran, sekitar 400 ekor di antaranya sudah dilepas oleh Rotary Club Bali Taman.
Made Kikik menjelaskan, sangat bersyukur akan kepedulian Rotary Club Bali Taman untuk ikut dalam pelestarian keberadaan penyu hijau di wilayahnya.
Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan serta peduli terhadap keberadaannya penyu.
Sejak adanya penangkaran penyu pindah dari tempat semula ke penangkaran yang baru sekarang penetasan telur semakin lancar.
"Sekitar 75 persen bisa menetas dan hidup, tidak seperti dipenangkaran sebelumnya lebih banyak yang gagal. Mudah-mudahan atas kepedulian para donatur keberadaan tukik Pantai Saba semakin berkembang dan wisatawan semakin tertarik untuk berkunjung ke daerahnya," ujarnya.
Pihaknya menetaskan telur penyu di penangkaran yang sederhana hanya beratapkan kayu, bahkan puluhan ekor anak penyu mati di tempat penangkaran Pantai Saba, Kabupaten Gianyar, Bali.
"Kelahiran tukik ini sudah keempat kalinya sejak 2010. Dari 1.500 telur yang ditetaskan kali ini, lahir sebanyak 51 ekor, 37 ekor di antaranya mati," kata I Made Kikik.
Selebihnya, lanjut dia, telur tukik tidak bisa menetas dan hilang karena aksi pencurian akibat minimnya alat pengaman.
"Kami sudah berusaha maksimal, namun hanya puluhan tukik yang bisa diselamatkan. Kendati demikian, kami sangat senang," ujarnya.
Ia mengakui penetasan telur penyu memang sangat sulit dilakukan, apalagi sarana dan prasarana yang tidak memadai. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015