Denpasar (Antara Bali) - Masyarakat dan umat Hindu di Kota Denpasar, Bali, meminati janur putih asal Sulawesi untuk dipergunakan sebagai sarana ritual atau "banten" menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan.

"Masyarakat umat Hindu lebih banyak yang memilih janur asal Sulawesi dari pada janur dari daerah lainnya karena lebih tahan lama," ujar Reni, salah seorang penjual janur Sulawesi, di Pasar Badung, Bali, Kamis.

Ia menuturkan permintaan janur asal Sulawesi sangat banyak dan jenis janur itu tergolong langka sehingga saat ini sudah kehabisan stok di pengepul.

Menurut dia, masyarakat umat Hindu di Kota Denpasar sudah jauh-jauh hari membeli salah satu bahan (janur asal Sulawesi) itu karena dinilai lebih praktis dan terlihat awet.

"Apalagi Hari Raya Galungan berdekatan dengan Idul Fitri, kemungkinan distribusi janur lokal tidak bisa didatangkan dari luar Bali," ujarnya.

Ia menilai banyak umat Hindu memilih janur asal Sulawesi karena lebih tahan lama hingga dipersiapkan saat Galungan yang dapat dibuat jauh-jauh hari.

Untuk harga satu ikat kecil janur asal Sulawesi itu dibandrol Rp15 ribu hingga Rp17 ribu per ikat, di mana saat hari-hari biasa harganya relatif murah kisaran Rp8.000 hingga Rp10 ribu per ikat.

"Persediaan janur sejak dua minggu lalu sudah sedikit bahkan saat ini sudah kosong dan pembeli banyak yang mengeluh," ujarnya.

Hal berbeda dirasakan Nengah Muliasih, seorang pedagang janur di Pasar Badung, Bali yang mengeluh sepinya permintaan janur asal Jawa yang cenderung menurun menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan dibandingkan saat enam bulan lalu.

"Biasanya masyarakat sudah ramai mencari janur Jawa, namun saat ini tidak seperti enam bulan lalu," ujarnya.

Masyarakat umat Hindu cenderung memilih janur Sulawesi yang dapat bertahan lama, dan kabar kelangkaannya janur Sulawesi menjelang Galungan dan Kuningan yang bersamaan dengan Idul Fitri juga menjadi pemicu masyarakat berlomba-lomba membeli janur Sulawesi itu.

"Padahal harga janur Jawa tidak jauh beda dengan janur Sulawesi yang dijual dengan harga Rp15 ribu per ikat (isi 10 ikat kecil)," ujarnya.

Sedangkan untuk janur asli lokal Bali dijual lebih mahal Rp35 ribu per ikat (isi 135 lembar). "Harga ini tetap seperti hari biasa tapi pembeli tidak seramai enam bulan lalu," ujarnya.

Padahal saat hari-hari biasa masyarakat umat Hindu cenderung memilih menggunakan janur asli Bali ketimbang yang didatangkan dari Jawa.

Sulatra, seorang pedagang janur di Pasar Wangaya Denpasar, mengatakan penjualan janur menjelang Galungan ini harganya hampir sama dengan hari biasa.

"Saya hanya menjual janur asal Jawa, saat ini harganya Rp18 ribu per ikat, hari biasa saya jual Rp17.500 per ikatnya," ujar Sulatra. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Made Surya

Editor : I Made Surya


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015