Kudus (Antara Bali) - Varietas padi hasil pengembangan Badan Tenaga Atom Nasional yang uji coba penanamannya di Kabupaten Boyolali dengan hasil menggembirakan bakal disebarluaskan ke berbagai daerah di Tanah Air, kata Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir.
"Selama ini, hasil produksi tanaman padi per hektarenya berkisar 7-8 ton gabah, sedangkan varietas padi yang dihasilkan lewat rekayasa teknologi nuklir bisa mencapai 10 ton gabah," ujarnya di Kudus, Minggu (5/7).
Hasil uji coba di Kabupaten Boyolali, kata dia, justru lebih tinggi karena per hektare tanaman padinya bisa menghasilkan 11 ton lebih. Artinya, kata dia, hasil riset tanaman padi yang dilakukan Batan sudah baik.
Varietas padi unggul, kata dia, sudah dikembangkan di Jawa Barat, Jateng, Jatim, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera. Ia mengharapkan dengan pengembangan tersebut, bisa meningkatkan kesejahteraan petani. "Kami juga sudah bekerja sama dengan Kementerian Pertanian sehingga nantinya semua daerah bisa meningkatkan produktivitas tanaman padinya," ujarnya.
Nantinya, kata dia, daerah akan menangkarkan dulu, setelah berhasil baru disebarluaskan ke petani dalam bentuk pemberian bantuan bibit tanaman padi unggul.
Selain itu, kata dia, pengembangan juga dilakukan pada komoditas kedelai, khususnya kedelai hitam, dengan harapan mengurangi ketergantungan terhadap impor. Kedelai hitam tersebut, kata dia, selama ini untuk memasok perusahaan kecap. "Kedelai yang biasa digunakan oleh pengusaha tahu dan tempe juga dikembangkan," ujarnya.
Uji coba tanaman kedelai untuk Jateng, kata dia, salah satunya di Kabupaten Grobogan, sedangkan Jawa Timur di Kabupaten Lamongan. Hasil pengembangan Batan dalam menghasilkan varietas kedelai unggul, kata dia, panenannya bisa mencapai empat ton per hektare, dibandingkan dengan sebelumnya berkisar 2,5-3 ton. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Selama ini, hasil produksi tanaman padi per hektarenya berkisar 7-8 ton gabah, sedangkan varietas padi yang dihasilkan lewat rekayasa teknologi nuklir bisa mencapai 10 ton gabah," ujarnya di Kudus, Minggu (5/7).
Hasil uji coba di Kabupaten Boyolali, kata dia, justru lebih tinggi karena per hektare tanaman padinya bisa menghasilkan 11 ton lebih. Artinya, kata dia, hasil riset tanaman padi yang dilakukan Batan sudah baik.
Varietas padi unggul, kata dia, sudah dikembangkan di Jawa Barat, Jateng, Jatim, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera. Ia mengharapkan dengan pengembangan tersebut, bisa meningkatkan kesejahteraan petani. "Kami juga sudah bekerja sama dengan Kementerian Pertanian sehingga nantinya semua daerah bisa meningkatkan produktivitas tanaman padinya," ujarnya.
Nantinya, kata dia, daerah akan menangkarkan dulu, setelah berhasil baru disebarluaskan ke petani dalam bentuk pemberian bantuan bibit tanaman padi unggul.
Selain itu, kata dia, pengembangan juga dilakukan pada komoditas kedelai, khususnya kedelai hitam, dengan harapan mengurangi ketergantungan terhadap impor. Kedelai hitam tersebut, kata dia, selama ini untuk memasok perusahaan kecap. "Kedelai yang biasa digunakan oleh pengusaha tahu dan tempe juga dikembangkan," ujarnya.
Uji coba tanaman kedelai untuk Jateng, kata dia, salah satunya di Kabupaten Grobogan, sedangkan Jawa Timur di Kabupaten Lamongan. Hasil pengembangan Batan dalam menghasilkan varietas kedelai unggul, kata dia, panenannya bisa mencapai empat ton per hektare, dibandingkan dengan sebelumnya berkisar 2,5-3 ton. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015