Denpasar (Antara Bali) - Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Kabupaten Jembrana memamerkan kain songket khas daerah itu pada Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-37 yang digelar 13 Juni-11 Juli di Taman Budaya, Denpasar.
"Kami ingin mengenalkan kain songket khas Jembrana yang memiliki corak menarik dengan paduan warna yang indah, sehingga sangat menarik dipandang mata," kata Ni Luh Sri, perajin kain songket di stan Dekranasda Jembrana, Bali, Jumat.
Ia mengatakan, pada umumnya kain songket Jembrana memiliki ukuran dan model yang sama dengan songket yang terdapat di daerah lainnya, yang membedakan hanya motif dan gambaran dari songket itu sendiri.
Kain tenun songket khas Jembrana terbuat dari bahan katun dengan hiasan motif prada (benang emas atau silver), dengan ukuran sekitar 110 x 174 cm.
"Motifnya beraneka ragam, terdiri dari beberapa jenis seperti motif anggur, pinggiran, tomplokan, cerari, gadang wali, bikas sekordi, saput warna dan beberapa yang lainnya," imbuhnya.
Ia melanjutkan, pihaknya menjual kain songket antara Rp300 ribu-Rp3 juta rupiah tergantung jenis dan tingkat kerumitannya dalam proses pembuatannya.
Dijelaskan, pembuatan songket membutuhakan waktu cukup lama, proses awalnya adalah "ngeliing" benang, dilanjutkan dengan "nganyining" kemudian "nyasah" untuk membuat motif.
"Bila proses "nyasah" selesai barulah dilakukan proses penenunan yang memakan waktu lama karena memerlukan kesabaran dan ketelitian tingkat tinggi," kata dia.
Di sisi lain, pada pagelaran PKB kali ini, pihaknya mengeluhkan rendahnya minat pengunjung untuk membeli kerajinan songket, kebanyakan pengunjung hanya melihat lihat saja.
"Dari awal pembukaan hingga sekarang, jarang sekali yang membeli, paling hanya melihat lihat saja, kemudian beranjak pergi beralih ke stan lainnya," kata dia.
Meski demikian, Luh Sri mengatakan bahwa ia tidak terlalu kecewa dengan hal itu, karena ajang PKB bukan hanya untuk mencari keuntungan penjualan semata, tetapi juga sarana memperkenalkan produk kerajinan daerah pada masyarakat luas.
"Sepi bukan berarti kita rugi, setidaknya kami di sini sudah mempromosikan bahwa Kabupaten Jembrana memiliki hasil kerajinan songket yang memiliki kualitas yang bagus dan tidak kalah dengan jenis songket di daerah lainnya.
Perlu diketahui, pada ajang PKB ke-37 terdapat 168 stan kerajinan yang tersebar di beberapa areal Taman Budaya, masing-masing sebanyak 46 stan kerajinan dibawah gedung Ardha Candra.
Selanjutnya 87 stan kerajinan di bawah gedung Ksirarnawa, sebanyak 26 stan kerajinan di areal parkir barat dan 10 stan kerajinan Dekranasda di bagian selatan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Kami ingin mengenalkan kain songket khas Jembrana yang memiliki corak menarik dengan paduan warna yang indah, sehingga sangat menarik dipandang mata," kata Ni Luh Sri, perajin kain songket di stan Dekranasda Jembrana, Bali, Jumat.
Ia mengatakan, pada umumnya kain songket Jembrana memiliki ukuran dan model yang sama dengan songket yang terdapat di daerah lainnya, yang membedakan hanya motif dan gambaran dari songket itu sendiri.
Kain tenun songket khas Jembrana terbuat dari bahan katun dengan hiasan motif prada (benang emas atau silver), dengan ukuran sekitar 110 x 174 cm.
"Motifnya beraneka ragam, terdiri dari beberapa jenis seperti motif anggur, pinggiran, tomplokan, cerari, gadang wali, bikas sekordi, saput warna dan beberapa yang lainnya," imbuhnya.
Ia melanjutkan, pihaknya menjual kain songket antara Rp300 ribu-Rp3 juta rupiah tergantung jenis dan tingkat kerumitannya dalam proses pembuatannya.
Dijelaskan, pembuatan songket membutuhakan waktu cukup lama, proses awalnya adalah "ngeliing" benang, dilanjutkan dengan "nganyining" kemudian "nyasah" untuk membuat motif.
"Bila proses "nyasah" selesai barulah dilakukan proses penenunan yang memakan waktu lama karena memerlukan kesabaran dan ketelitian tingkat tinggi," kata dia.
Di sisi lain, pada pagelaran PKB kali ini, pihaknya mengeluhkan rendahnya minat pengunjung untuk membeli kerajinan songket, kebanyakan pengunjung hanya melihat lihat saja.
"Dari awal pembukaan hingga sekarang, jarang sekali yang membeli, paling hanya melihat lihat saja, kemudian beranjak pergi beralih ke stan lainnya," kata dia.
Meski demikian, Luh Sri mengatakan bahwa ia tidak terlalu kecewa dengan hal itu, karena ajang PKB bukan hanya untuk mencari keuntungan penjualan semata, tetapi juga sarana memperkenalkan produk kerajinan daerah pada masyarakat luas.
"Sepi bukan berarti kita rugi, setidaknya kami di sini sudah mempromosikan bahwa Kabupaten Jembrana memiliki hasil kerajinan songket yang memiliki kualitas yang bagus dan tidak kalah dengan jenis songket di daerah lainnya.
Perlu diketahui, pada ajang PKB ke-37 terdapat 168 stan kerajinan yang tersebar di beberapa areal Taman Budaya, masing-masing sebanyak 46 stan kerajinan dibawah gedung Ardha Candra.
Selanjutnya 87 stan kerajinan di bawah gedung Ksirarnawa, sebanyak 26 stan kerajinan di areal parkir barat dan 10 stan kerajinan Dekranasda di bagian selatan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015