Denpasar (Antara Bali) - Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) merancang gagasan pendidikan karakter dimulai dari keluarga hingga antarkelompok untuk menerapkan revolusi mental bangsa sesuai dengan jargon pemerintahan Presiden Joko Widodo.
"Intinya sesuai dengan dasar pemikiran psikologi mengubah `mind set` (pola pikir) dan mengubah sikap mental dan perilaku," kata Ketua tim editor buku "Revolusi Mental: Makna dan Realisasi", Prof Dr Hana Panggabean ditemui dalam seminar membedah buku tersebut di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali di Denpasar, Selasa.
Seri pertama dari seri sumbangan pemikiran psikologi untuk bangsa itu, kata dia, berupaya memaknai serta menawarkan alternatif realisasi dari jargon "revolusi mental".
Menurut dia, ada beberapa aksi nyata yang dituangkan oleh para komunitas psikologi Indonesia yang tergabung dalam Himpsi dalam buku tersebut.
Pada bagian pertama mengupas mengenai pemahaman konsep revolusi mental Joko Widodo yang berfokus pada perubahan karakter baik karakter indivisu maupun bangsa.
Sehingga diharapkan terbentuk karakter bangsa yang tangguh nasionalis dan terbuka terhadap perubahan.
Bagian kedua buku itu berfokus pada peran pendidikan dalam membentuk karakter individu dan masyarakat mengingat makin merosotnya kualitas karakter dan ahlak yang muncul dari pribadi maupun anomali sosial.
Sedangkan pada bagian ketiga ditekankan kepada gagasan revolusi mental yang dijabarkan dalam situasi sosial kemasyarakatan mengingat banyak fenomena sosial yang berkembang yakni maraknya konflik dalam relasi antarkelompok yang berdasarkan perbedaan antargolongan.
Pada bagian terakhir dari buku tersebut, ditekankan pada konteks organisasi dan kelembagaan yang berakar dari belum optimalnya upaya pengembangan sumber daya manusia yang kompetitif.
Sejumlah gagasan diajukan mencakup pengembangan alat ukur psikologis untuk memprediksi karakter dengan lebih tajam, implementasi budaya oragnisasi secara komprehensif dalam membentuk karakter positif profesional Indonesia, mengembangkan sifat wirausaha sebagai modal menghadapi tantangan global dan memperkuat profesi psikologi itu sendiri.
Sementara itu psikolog, Dra Retno I G Kusuma mengatakan bahwa revolusi mental sendiri melahirkan dua cara pandang baik dari sisi negatif dan positif untuk diaplikasikan oleh masyarakat.
"Setiap hal bisa dilihat dari sisi positif dan negatif. Yang negatif dipakai pembelajaran sebagai langkah perbaikan sehingga perlu langkah kecil untuk langkah besar, jika fondasinya lebih baik," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Intinya sesuai dengan dasar pemikiran psikologi mengubah `mind set` (pola pikir) dan mengubah sikap mental dan perilaku," kata Ketua tim editor buku "Revolusi Mental: Makna dan Realisasi", Prof Dr Hana Panggabean ditemui dalam seminar membedah buku tersebut di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali di Denpasar, Selasa.
Seri pertama dari seri sumbangan pemikiran psikologi untuk bangsa itu, kata dia, berupaya memaknai serta menawarkan alternatif realisasi dari jargon "revolusi mental".
Menurut dia, ada beberapa aksi nyata yang dituangkan oleh para komunitas psikologi Indonesia yang tergabung dalam Himpsi dalam buku tersebut.
Pada bagian pertama mengupas mengenai pemahaman konsep revolusi mental Joko Widodo yang berfokus pada perubahan karakter baik karakter indivisu maupun bangsa.
Sehingga diharapkan terbentuk karakter bangsa yang tangguh nasionalis dan terbuka terhadap perubahan.
Bagian kedua buku itu berfokus pada peran pendidikan dalam membentuk karakter individu dan masyarakat mengingat makin merosotnya kualitas karakter dan ahlak yang muncul dari pribadi maupun anomali sosial.
Sedangkan pada bagian ketiga ditekankan kepada gagasan revolusi mental yang dijabarkan dalam situasi sosial kemasyarakatan mengingat banyak fenomena sosial yang berkembang yakni maraknya konflik dalam relasi antarkelompok yang berdasarkan perbedaan antargolongan.
Pada bagian terakhir dari buku tersebut, ditekankan pada konteks organisasi dan kelembagaan yang berakar dari belum optimalnya upaya pengembangan sumber daya manusia yang kompetitif.
Sejumlah gagasan diajukan mencakup pengembangan alat ukur psikologis untuk memprediksi karakter dengan lebih tajam, implementasi budaya oragnisasi secara komprehensif dalam membentuk karakter positif profesional Indonesia, mengembangkan sifat wirausaha sebagai modal menghadapi tantangan global dan memperkuat profesi psikologi itu sendiri.
Sementara itu psikolog, Dra Retno I G Kusuma mengatakan bahwa revolusi mental sendiri melahirkan dua cara pandang baik dari sisi negatif dan positif untuk diaplikasikan oleh masyarakat.
"Setiap hal bisa dilihat dari sisi positif dan negatif. Yang negatif dipakai pembelajaran sebagai langkah perbaikan sehingga perlu langkah kecil untuk langkah besar, jika fondasinya lebih baik," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015