Bogor (Antara Bali) - Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengatakan setiap tahun penderita katarak di Indonesia mencapai 210 ribu jiwa atau 0,1 persen dari populasi penduduk di tanah air yang mencapai 250 juta, untuk mengentaskan angka kebutaan akibat katarak pemerintah masih bergantung pada bantuan mitra dalam kegiatan bakti sosial.

"Angka katarak di Indonesia masih tertinggi di Asia Tenggara. Sejauh ini, pemerintah belum memprioritaskan pengentasan katarak. Karena itu kita masih membutuhkan dukungan swasta dan mitra dalam kegiatan bakti sosial," kata Menteri, dalam peresmian Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebutaan di Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu.

Menteri mengatakan, penyebab utama kebutaan adalah katarak. Setiap tahunnya, jumlah operasi katarak yang dijalankan mencapai 80 ribu jiwa. Sedangkan jumlah tenaga medis ahli mata (aphthalmologist) di Indonesia baru mencapai 2.325 dokter.

Oleh karena itu, Menteri mengapresiasi perusahaan yang peduli dan menjadi mitra pemerintah dalam penyembuhan penyakit katarak dalam bentuk bakti sosial. Selain, itu, peran persatuan dokter spesialis mata Indonesia (PERDAMI), Indonesia Society of Cataract and Refractive Surgery (INASCRS) yang terus melakukan pelatihan kepada dokter-dokter ahli mata. "Perkembangan teknologi operasi katarak menjadi tantangan saat ini. Dengan adanya pelatihan kepada ahli mata, diharapkan tenaga ahli bedah mata yang kita miliki terus berkembang," katanya.

Ketua INASCRS Setyo Budi Riyanto menyebutkan, perkembangan teknologi alat operasi mata kepada ahli mata sangatlah penting. Di Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebutuahan saat ini tengah melatih 27 tenaga ahli mata untuk mempelajari operasi mata dengan menggunakan teknik fakoemulsifikasi atau pembedahan mata dengan menggunakan alat ultra sound.

"Teknik baru ini, bisa lebih cepat hanya sekitar tujuh hingga 10 menit. Dan yang terpenting penyembuhan pascaoperasi relatif lebih cepat. Dalam satu minggu, mata sudah bisa normal kembali," katanya.

Ia menambahkan, dengan teknik baru tersebut, diharapkan waktu optimal operasi relatif lebih singkat. "Kami melakukan operasi katarak terakhir di Ambon kepada 120 pasien hanya dalam waktu 10 jam," katanya.

Peresmian Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebutaan di Kota Bogor dihadiri juga Presiden Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat. Ia mengatakan, Sido Muncul memiliki perhatian serius dalam penyembuhan katarak dalam lima tahun terakhir melalui program operasi gratis katarak sebanyak 50.000 pasien katarak. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015