Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengingatkan kepada masyarakatnya supaya gerakan pembuatan 1.000 lubang resapan biopori di Pulau Dewata jangan sekadar seremonial, tetapi harus dapat dilaksanakan oleh berbagai komponen masyarakat.
"Lubang biopori ini memiliki efek ganda untuk meningkatkan daya resapan air," kata Pastika di sela-sela Gerakan Pembuatan 1.000 Lubang Resapan Biopori, di Lapangan Puputan Margarana, Denpasar, Jumat.
Menurut dia, pada musim hujan biopori dapat menahan aliran air hujan supaya tidak langsung ke saluran drainase dan pada musim kemarau air ini bisa dimanfaatkan untuk mengatasi kekeringan.
"Di samping itu, juga dapat menghasilkan pupuk, sehingga selama musim hujan tidak ada lagi genangan air yang dapat menimbulkan penyakit seperti demam berdarah dan malaria," ujar Pastika.
Pada kesempatan itu, Gubernur Bali pun menginstruksikan dan mengajak seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Provinsi Bali, instansi vertikal, SKPD kabupaten dan kota, instansi TNI/Polri, swasta, BUMN, BUMD serta seluruh masyarakat di Bali untuk mendukung gerakan ini dengan bersama-sama melakukan pembuatan lubang resapan biopori agar penyelamatan air di Bali dapat kita jaga bersama-sama.
"Jangan biarkan tempat-tempat terbuka itu nganggur. Jadi gunakanlah sebaik mungkin demi kelestarian lingkungan kita," ucapnya.
Sementara itu Ketua Panitia Pelaksana yang juga sebagai Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali Gede Suarjana, mengemukakan bahwa terkait dengan instruksi Gubernur maka pada hari ini BLH telah melibatkan beberapa instansi untuk mengikuti kegiatan ini, seperti SKPD Provinsi Bali, TNI-POLRI, PKK, Persatuan Dharma Wanita serta kalangan akademisi.
Sampai saat ini lubang resapan biopori yang telah dibangun tersebar di Desa Sadar Lingkungan dan Sekolah Adiwiyata dan kantor-kantor pemerintah kabupaten dan kota se-Bali.
Di samping pembuatan lubang biopori, pada kegiatan kali ini juga dilakukan penanaman pohon perindang seperti palem ekor tupai, tanaman langka kas Bali seperti nyeleket, sokoasti, sentul, cempaka keraton dan lainnya.
Suarjana berharap, gerakan lubang resapan biopori dan beberapa penanaman pohon langka ini, memberikan dampak positif bagi pelestarian lingkungan di Bali, khususnya komitmen untuk menanggulangi krisis air yang terjadi saat musim kemarau. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Lubang biopori ini memiliki efek ganda untuk meningkatkan daya resapan air," kata Pastika di sela-sela Gerakan Pembuatan 1.000 Lubang Resapan Biopori, di Lapangan Puputan Margarana, Denpasar, Jumat.
Menurut dia, pada musim hujan biopori dapat menahan aliran air hujan supaya tidak langsung ke saluran drainase dan pada musim kemarau air ini bisa dimanfaatkan untuk mengatasi kekeringan.
"Di samping itu, juga dapat menghasilkan pupuk, sehingga selama musim hujan tidak ada lagi genangan air yang dapat menimbulkan penyakit seperti demam berdarah dan malaria," ujar Pastika.
Pada kesempatan itu, Gubernur Bali pun menginstruksikan dan mengajak seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Provinsi Bali, instansi vertikal, SKPD kabupaten dan kota, instansi TNI/Polri, swasta, BUMN, BUMD serta seluruh masyarakat di Bali untuk mendukung gerakan ini dengan bersama-sama melakukan pembuatan lubang resapan biopori agar penyelamatan air di Bali dapat kita jaga bersama-sama.
"Jangan biarkan tempat-tempat terbuka itu nganggur. Jadi gunakanlah sebaik mungkin demi kelestarian lingkungan kita," ucapnya.
Sementara itu Ketua Panitia Pelaksana yang juga sebagai Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali Gede Suarjana, mengemukakan bahwa terkait dengan instruksi Gubernur maka pada hari ini BLH telah melibatkan beberapa instansi untuk mengikuti kegiatan ini, seperti SKPD Provinsi Bali, TNI-POLRI, PKK, Persatuan Dharma Wanita serta kalangan akademisi.
Sampai saat ini lubang resapan biopori yang telah dibangun tersebar di Desa Sadar Lingkungan dan Sekolah Adiwiyata dan kantor-kantor pemerintah kabupaten dan kota se-Bali.
Di samping pembuatan lubang biopori, pada kegiatan kali ini juga dilakukan penanaman pohon perindang seperti palem ekor tupai, tanaman langka kas Bali seperti nyeleket, sokoasti, sentul, cempaka keraton dan lainnya.
Suarjana berharap, gerakan lubang resapan biopori dan beberapa penanaman pohon langka ini, memberikan dampak positif bagi pelestarian lingkungan di Bali, khususnya komitmen untuk menanggulangi krisis air yang terjadi saat musim kemarau. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015