Tegal (Antara Bali) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan Indonesia lebih damai dibanding negara-negara Timur Tengah karena di negara-negara itu nisbi rentan terjadi konflik horizontal apabila terjadi perbedaan pandangan.
"Ada Suriah, Irak, belum ditambah lagi Nigeria dan negara lain yang terpengaruh ISIS. Indonesia negara paling damai dibanding negara-negara itu," kata JK, sapaan akrab wapres, saat membuka Ijtima' Ulama Komisi Fatwa MUI di Pondok Pesantren Attauhidiyah, Tegal, Jateng, Senin.
Menurut JK, di sebagian negara Islam tersebut, kesulitan menemukan perdamaian akibat perbedaan.
Sementara di Indonesia, kata dia, masyarakat cenderung bisa memelihara kerukunan kendati terdapat perselisihan pendapat, bahkan yang ekstrim sekalipun.
Beberapa contoh konflik di Indonesia, lanjut dia, hanya terjadi di sejumlah tempat saja atau tidak sampai meningkat di level yang lebih luas.
Dia mencontohkan kasus Syiah di Sampang, Madura yang merupakan konflik skala lokal. Berbeda halnya jika kasus perbedaan itu terjadi di Timur Tengah yang sampai pada saling balas membalas serangan, seperti aksi bom bunuh diri dan tindakan radikal lainnya.
"Syiah di Madura adalah masalah romantisme kita. Tidak ada sampai masjid dibom dan tentu itu jangan sampai terjadi. Indonesia tempatnya Islam moderat 'wasathiyah' atau jalan tengah," tukasnya.
Perbedaan mazhab di Indonesia, kata dia, bisa diselesaikan dengan dialog.
Terkait hal itu, JK juga memberikan apresiasinya kepada Majelis Ulama Indonesia yang saat ini sedang melangsungkan Ijtima' Ulama Komisi Fatwa MUI V pada 7-10 Juni 2015 di Tegal.
Menurut dia, pertemuan para ulama itu memberikan contoh bagaimana para ulama berkumpul bersama untuk berdiskusi mengenai berbagai masalah fikih Islam kontemporer, isu kenegaraan dan perundang-undangan.
Diskusi itu memberi tempat untuk menjembatani berbagai perbedaan pandangan dan menyatukan ulama Islam di Indonesia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Ada Suriah, Irak, belum ditambah lagi Nigeria dan negara lain yang terpengaruh ISIS. Indonesia negara paling damai dibanding negara-negara itu," kata JK, sapaan akrab wapres, saat membuka Ijtima' Ulama Komisi Fatwa MUI di Pondok Pesantren Attauhidiyah, Tegal, Jateng, Senin.
Menurut JK, di sebagian negara Islam tersebut, kesulitan menemukan perdamaian akibat perbedaan.
Sementara di Indonesia, kata dia, masyarakat cenderung bisa memelihara kerukunan kendati terdapat perselisihan pendapat, bahkan yang ekstrim sekalipun.
Beberapa contoh konflik di Indonesia, lanjut dia, hanya terjadi di sejumlah tempat saja atau tidak sampai meningkat di level yang lebih luas.
Dia mencontohkan kasus Syiah di Sampang, Madura yang merupakan konflik skala lokal. Berbeda halnya jika kasus perbedaan itu terjadi di Timur Tengah yang sampai pada saling balas membalas serangan, seperti aksi bom bunuh diri dan tindakan radikal lainnya.
"Syiah di Madura adalah masalah romantisme kita. Tidak ada sampai masjid dibom dan tentu itu jangan sampai terjadi. Indonesia tempatnya Islam moderat 'wasathiyah' atau jalan tengah," tukasnya.
Perbedaan mazhab di Indonesia, kata dia, bisa diselesaikan dengan dialog.
Terkait hal itu, JK juga memberikan apresiasinya kepada Majelis Ulama Indonesia yang saat ini sedang melangsungkan Ijtima' Ulama Komisi Fatwa MUI V pada 7-10 Juni 2015 di Tegal.
Menurut dia, pertemuan para ulama itu memberikan contoh bagaimana para ulama berkumpul bersama untuk berdiskusi mengenai berbagai masalah fikih Islam kontemporer, isu kenegaraan dan perundang-undangan.
Diskusi itu memberi tempat untuk menjembatani berbagai perbedaan pandangan dan menyatukan ulama Islam di Indonesia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015