Gianyar (Antara Bali) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali bersama dengan Pemerintah Kabupaten Gianyar menyepakati pengembangan klaster ketahanan pangan untuk komoditas padi dengan memperkenalkan teknologi guna meningkatkan produktivitas hasil pertanian.

"Dengan adanya kesepakatan, masyarakat menjadi melek pertanian berbasiskan teknologi terbaru dan mau mempertahankan sawahnya sehingga ini diharapkan merubah pola pikir dan generasi muda mau meneruskan pertanian," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Dewi Setyowati di Ubud, Kabupaten Gianyar, Kamis.

Penandatanganan nota kesepahaman itu dilakukan langsung oleh Dewi Setyowati bersama dengan Bupati Gianyar, Anak Agung Gde Agung Bharata di Ubud, Gianyar.

Menurut dia, pihaknya menekankan tiga pengembangan pertanian yang bisa dioptimalkan yakni intensifikasi pertanian seperti pemenuhan peralatan, bibit dan teknik penanaman.

Selain itu, revitalisasi lahan pertanian dengan menggunakan pupuk organik dan ketiga transformasi atau merubah pola pikir masyarakat petani di dalam meminimalisir penggunaan pestisida.

Dewi menjelaskan bahwa pengembangan klaster padi dengan teknologi baru tersebut menggunakan teknik intensifikasi pertanian (SRI) dan pupuk organik berbasis "Microbacter Alfafa 11" (MA-11).

Teknik budidaya pertanian itu selain dikenal ramah lingkungan, juga dapat menghemat penggunaan air hingga 30 persen dibandingkan menggunakan metode konvensional dan menghemat penggunaan benih hingga tujuh kilogram per hektare serta waktu tanam bibit muda yang ditanam tujuh hingga sepuluh hari setelah semai.

Dengan MA-11 itu, Dewi menyakinkan bahwa telah terbukti dapat meningkatkan kualitas lahan dan tanaman di beberapa tempat di Pulau Jawa dan Sumatera termasuk menghasilkan panen rata-rata hingga sembilan ton per hektare.

Sementara itu Bupati Anak Agung Gde Agung Bharata mengapresiasi dipilihnya Gianyar sebagai salah satu proyek percontohan klaster pengembangan padi di Bali.

Dengan adanya pengenalan teknologi baru dalam intensifikasi pertanian dan optimalisasi pengenalan teknik penanaman padi kepada para petani, diharapkan menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan produktivitas padi sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani di tengah sejumlah tantangan yang dihadapi di antaranya alih fungsi lahan dan kebutuhan akan beras yang melonjak.

"Setelah adanya pengenalan ini, kami berharap akan ada perubahan dari kebiasaan mereka yang selama ini masih mencari kepercayaan, kalau sudah begini akan tertular (pengembangan pertanian dengan teknologi)," katanya.

BI berencana melakukan program yang sama di sejumlah daerah lain di Pulau Dewata di antaranya di Budakeling, Kabupaten Karangasem dan Jatiluwih di Kabupaten Tabanan.

Pengembangan klaster padi itu berangkat dari komoditas beras yang selama tahun 2014 telah menyumbang inflasi sebanyak enam kali dan selama tiga tahun terakhir telah menyumbang 16 kali inflasi di Pulau Dewata.

Dari catatan bank sentral itu, Bali telah mengalami defisit neraca perdagangan untuk beras sebesar 11,4 ribu ton pada tahun 2013 dan defisit itu meningkat menjadi 36,7 ribu ton pada tahun 2014. (DWA)

Pewarta: Oleh Dewa Wiguna

Editor : Dewa Sudiarta Wiguna


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015