Denpasar (Antara Bali) - Subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) di Bali dalam pembentukan nilai tukar petani (NTP) andilnya sebesar 97,87 persen selama bulan April 2015, meningkat 1,07 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat 96,8 persen.
"Meskipun perannya meningkat namun tetap masih berada di bawah 100 seperti halnya petani tanaman padi mengindikasikan bahwa pendapatan dan hasil perkebunan belum mampu mencukupi pengeluaran konsumsi rumah tangga petani," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, secara umum kenaikan peran subsektor perkebunan didorong oleh naiknya indeks yang dibayar petani (lt) sebesar 1,35 persen lebih besar dari pada kenaikan indeks yang dibayar petani (lb) yang naik sebesar 0,27 persen.
Sejumlah komoditas perkebunan yang memberikan andil atas naiknya indeks yang dibayar petani antara lain kopi, kelapa dan tembakau.
Panasunan Siregar menjelaskan, kenaikan pada indeks yang dibayar petani sangat dipengaruhi oleh indeks konsumsi rumah tangga yang naik sebesar 0,21 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,50 persen.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali I Dewa Made Buana Duwuran dalam kesempatan terpisah menjelaskan, harga kakao hasil petikan petani di Bali mengalami kemerosotan dari Rp34.400 menjadi Rp32.000 per kg jenis biji fermentasi dan Rp31.400 menjadi biji non fermentasi dihargai Rp30.500 per kg pada 12 Mei 2015.
Harga hasil perekbunan rakyat di daerah ini cukup stabil di awal tahun 2015, ada beberapa yang berfluktuasi kakao, mete yang sifatnya sementara. Ada pun harga hasil perkebunan rakyat daerah ini per 12 Mei 2015 meliputi, kopi arabika jenis OSE WP Rp51.000 per kilogram, OSE DP Rp26.000 per kilogram, kopi robusta Rp32.000 per kilogram.
Kakao biji Fermentasi Rp34.400 per kilogram, biji non fermentasi Rp31.400 per kilogram. Jambu mete biji gelondong biasa Rp11.000 per kilogram, biji gelondong organik Rp14.000 per kilogram.
Cengkeh bunga kering Rp 100.000 per kilogram, gagang kering Rp20.000 per kilogram. Vanili polong basah Rp20.000 per kilogram.Tembakau Rp 50.000 per kilogram.
Panasunan Siregar menjelaskan, subsektor perkebunan merupakan salah satu dari lima komponen pembentukan NTP Bali. NTP Bali secara keseluruhan menurun 0,35 persen dari 103,41 persen pada Maret 2015 menjadi 103,05 persen pada April 2015.
Dari lima komponen yang menentukan pembentukan NTP Bali tiga di antaranya mengalami penurunan, meliputi subsektor tanaman pangan 3,37 persen, sektor perikanan 0,64 persen dan peternakan 0,03 persen.
Sedangkan dua subsektor mengalami peningkatan selain subsektor perkebunan rakyat juga hortikultura 0,67 persen, ujar Panasunan Siregar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Meskipun perannya meningkat namun tetap masih berada di bawah 100 seperti halnya petani tanaman padi mengindikasikan bahwa pendapatan dan hasil perkebunan belum mampu mencukupi pengeluaran konsumsi rumah tangga petani," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, secara umum kenaikan peran subsektor perkebunan didorong oleh naiknya indeks yang dibayar petani (lt) sebesar 1,35 persen lebih besar dari pada kenaikan indeks yang dibayar petani (lb) yang naik sebesar 0,27 persen.
Sejumlah komoditas perkebunan yang memberikan andil atas naiknya indeks yang dibayar petani antara lain kopi, kelapa dan tembakau.
Panasunan Siregar menjelaskan, kenaikan pada indeks yang dibayar petani sangat dipengaruhi oleh indeks konsumsi rumah tangga yang naik sebesar 0,21 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,50 persen.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali I Dewa Made Buana Duwuran dalam kesempatan terpisah menjelaskan, harga kakao hasil petikan petani di Bali mengalami kemerosotan dari Rp34.400 menjadi Rp32.000 per kg jenis biji fermentasi dan Rp31.400 menjadi biji non fermentasi dihargai Rp30.500 per kg pada 12 Mei 2015.
Harga hasil perekbunan rakyat di daerah ini cukup stabil di awal tahun 2015, ada beberapa yang berfluktuasi kakao, mete yang sifatnya sementara. Ada pun harga hasil perkebunan rakyat daerah ini per 12 Mei 2015 meliputi, kopi arabika jenis OSE WP Rp51.000 per kilogram, OSE DP Rp26.000 per kilogram, kopi robusta Rp32.000 per kilogram.
Kakao biji Fermentasi Rp34.400 per kilogram, biji non fermentasi Rp31.400 per kilogram. Jambu mete biji gelondong biasa Rp11.000 per kilogram, biji gelondong organik Rp14.000 per kilogram.
Cengkeh bunga kering Rp 100.000 per kilogram, gagang kering Rp20.000 per kilogram. Vanili polong basah Rp20.000 per kilogram.Tembakau Rp 50.000 per kilogram.
Panasunan Siregar menjelaskan, subsektor perkebunan merupakan salah satu dari lima komponen pembentukan NTP Bali. NTP Bali secara keseluruhan menurun 0,35 persen dari 103,41 persen pada Maret 2015 menjadi 103,05 persen pada April 2015.
Dari lima komponen yang menentukan pembentukan NTP Bali tiga di antaranya mengalami penurunan, meliputi subsektor tanaman pangan 3,37 persen, sektor perikanan 0,64 persen dan peternakan 0,03 persen.
Sedangkan dua subsektor mengalami peningkatan selain subsektor perkebunan rakyat juga hortikultura 0,67 persen, ujar Panasunan Siregar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015