Singaraja (Antara Bali) - Nelayan di Pantai Lovina, Kabupaten Buleleng, Bali utara banyak beralih pekerjaan dari menangkap ikan menjadi pemandu wisata, seiring berkembangnya daerah itu sebagai kawasan wisata yang dikunjungi wisatawan mancanegara.
"Nelayan dengan menggunakan perahunya mengantar wisatawan melihat atraksi ikan limba-lumba di sekitar perairan tersebut yang penghasilannya kadangkala lebih besar dari hasil menangkap ikan," kata Nyoman Suwidana (38), salah seorang nelayan di Lovina, Buleleng, Selasa.
Ia mengatakan, pekerjaan memang tidak menentu penghasilannya, baik sebagai nelayan maupun memadu wisatawan, namun yang lebih menjanjikan adalah mengantar wisman menyaksikan ikan lumba-lumba."Kalau jadi nelayan serba tak menentu, tangkapan ikan juga tidak terlalu banyak, jadi saya memilih menjadi pemandu wisata saja" tutur Nyoman Suwidana.
Ia menambahkan, penghasilan sebagai pemandu wisata cukup untuk menghidupi keluargan di rumah. Rata-rata dalam satu hari memperoleh penghasilan sebesar Rp 800 ribu. Penghasilan bisa bertambah jika musim liburan, karena tamu yang datang lebih ramai dari hari biasanya.
Tarif untuk melihat ikan lumba-lumba di perairan bebas itu dipatok Rp.100 ribu/orang. Untuk satu perahu bisa memuat empat penumpang. Jadi, sekali jalan melihat lumba-lumba selama dua jam, memperoleh penghasilan sebesar Rp400 ribu.
Rata-rata dalam sehari mendapat delapan penumpang atau sekitar Rp800.000, belum dikurangi biaya operasional. "Musim liburan penghasilan bisa mencapai Rp. 2 juta, biasanya kalau liburan ramai sekali tamu lokal yang mau melihat ikan lumba-lumba, kadang bisa sampai antre," kata dia.
Suwidana menambahkan, teman-temannya yang lain banyak yang beralih profesi menjadi pemandu wisata karena penghasilan sebagai nelayan kurang menjanjikan. "Bukan saya saja, yang lain juga banyak beralih profesi menjadi pemandu wisata ikan lumba-lumba. Fenomena ini dikarenakan minimnya penghasilan yang didapat jika bekerja sebagai nelayan, belum lagi kalau sedang tidak musim, bisa tidak dapat ikan sama sekali," tuturnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Nelayan dengan menggunakan perahunya mengantar wisatawan melihat atraksi ikan limba-lumba di sekitar perairan tersebut yang penghasilannya kadangkala lebih besar dari hasil menangkap ikan," kata Nyoman Suwidana (38), salah seorang nelayan di Lovina, Buleleng, Selasa.
Ia mengatakan, pekerjaan memang tidak menentu penghasilannya, baik sebagai nelayan maupun memadu wisatawan, namun yang lebih menjanjikan adalah mengantar wisman menyaksikan ikan lumba-lumba."Kalau jadi nelayan serba tak menentu, tangkapan ikan juga tidak terlalu banyak, jadi saya memilih menjadi pemandu wisata saja" tutur Nyoman Suwidana.
Ia menambahkan, penghasilan sebagai pemandu wisata cukup untuk menghidupi keluargan di rumah. Rata-rata dalam satu hari memperoleh penghasilan sebesar Rp 800 ribu. Penghasilan bisa bertambah jika musim liburan, karena tamu yang datang lebih ramai dari hari biasanya.
Tarif untuk melihat ikan lumba-lumba di perairan bebas itu dipatok Rp.100 ribu/orang. Untuk satu perahu bisa memuat empat penumpang. Jadi, sekali jalan melihat lumba-lumba selama dua jam, memperoleh penghasilan sebesar Rp400 ribu.
Rata-rata dalam sehari mendapat delapan penumpang atau sekitar Rp800.000, belum dikurangi biaya operasional. "Musim liburan penghasilan bisa mencapai Rp. 2 juta, biasanya kalau liburan ramai sekali tamu lokal yang mau melihat ikan lumba-lumba, kadang bisa sampai antre," kata dia.
Suwidana menambahkan, teman-temannya yang lain banyak yang beralih profesi menjadi pemandu wisata karena penghasilan sebagai nelayan kurang menjanjikan. "Bukan saya saja, yang lain juga banyak beralih profesi menjadi pemandu wisata ikan lumba-lumba. Fenomena ini dikarenakan minimnya penghasilan yang didapat jika bekerja sebagai nelayan, belum lagi kalau sedang tidak musim, bisa tidak dapat ikan sama sekali," tuturnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015