London ( Antara Bali) - Cranfield Indonesian Scholars Community (CRISCOM) mengadakan pelatihan riset bagi peneliti muda asal Indonesia di Inggris bertajuk 2nd CRISCOM Research Workshop disponsori Cranfield University, KBRI London, Bank Indonesia, dan Universitas Bina Nusantara.
Dengan semangat Hari Pendidikan Nasional 2 Mei, workshop tahunan ini menjadi ajang aktualisasi para peneliti untuk meningkatkan beberapa keterampilan yang mendukung untuk melakukan riset secara baik dan benar, demikian Dr Benny Tjahjono, Senior Lecturer in Supply Chain Operations/Supply Chain Research Centre kepada Antara London, Minggu.
Workshop diawali dengan sambutan Prof Tom Stephenson yang menyampaikan overview tentang Cranfield University sebagai salah satu universitas terkemuka di ranah riset.
Pelaksana Tugas Atase Pendidikan KBRI London, Dino Kusnadi, menyampaikan apresiasi atas kegiatan positif yang dihadiri lebih dari 35 peserta dari beberapa universitas terkemuka seperti London School of Economics, University of Manchester, The University of Stirling, dan lainnya.
Dino Kusnadi menyampaikan pentingnya transferable skills bagi para peniliti. Hal ini berkaitan dengan hubungan antara pendidikan tinggi dan dunia riset. Hal inilah yang diterjemahkan pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan penggabungan Direktorat Pendidikan dengan Kementerian Negara Riset dan Teknologi.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Satya Widya Yudha memaparkan arah kebijakan, capaian, serta target dari pemerintahan Joko Widodo. Beberapa masalah berkaitan dengan ketahanan nasional yang menjadi perhatian pemerintah antara lain radikalisme, narkotika dan obat-obatan terlarang serta kegiatan ilegal termasuk illegal logging, fishing, mining and human trafficking.
Pemerintah menciptakan kebijakan ekonomi yang fokus pada pertumbuhan dan kesetaraan, menyediakan akses pendidikan dan kesehatan yang berkualitas, terjangkau, serta meningkatkan kapasitas polisi-militer terutama persenjataan dan teknologi militer.
Materi workshop pertama dari Director of Research di Cranfield School of Management, Profesor David Denyer yang mempresentasikan Embarking Academic Research yang berbagi tipsnya bagaimana memulai perjalanan riset. Denyer memberikan inspirasi kepada peserta dengan metodanya yang unik dalam melakukan literature review yang terstruktur dan sistematis, sekaligus contoh praktisnya.
Sementara itu dosen di bidang Safety and Accident Investigation, Saryani Asmayawati berbagi tips bagaimana memformulasi 'research questions'. Dia berpendapat, "research questions sangatlah penting karena banyak riset yang gagal atau tidak membuahkan hasil yang berarti karena lemahnya faktor ini".
Windo Hutabarat, seorang Research Fellow, sukses dalam memenangkan hibah riset dari Innovate UK, berbagi pengalaman bagaimana cara membuat proposal untuk ditujukan ke Innovate UK dan beberapa tips praktis memenangkan hibah tersebut.
Sementara Benny Tjahjono berbagi pengalaman bagaimana melihat peluang kolaborasi riset antara universitas, industri dan pemerintah. Dosen senior di bidang Supply Chain Operations ini mengutarakan, kolaborasi riset antara industri dan academia tidak bisa berjalan tanpa ada persepsi saling menguntungkan di kedua belah pihak.
Pada hari kedua, beberapa mahasiswa doktoral tingkat awal, menengah, dan akhir menyampaikan perjalanan PhD mereka. Luluk Lusiantoro, Eva Faja Ripanti, dan Hendro Tjaturpriono membagi pengalaman unik yang terkait proses selama menjalani riset, sharing ini bertujuan agar dapat dijadikan pelajaran kandidat PhD yang lain.
Selanjutnya kegiatan dilanjutkan dengan: academic writing. "Keterampilan dan kemampuan menulis karya ilmiah sangat penting untuk semua kandidat doktor. Akan tetapi menulis tidaklah mudah, apalagi dengan bahasa Inggris yang benardan terstruktur," ujar Lusiantoro.
Setelah Academic Writing workshop, peserta dilatih untuk mempresentasikan riset di depan peserta lain dan tutor bertujuan melatih keberanian berbicara di depan umum dan menyampaikan topic risetnya kepada general audience. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Dengan semangat Hari Pendidikan Nasional 2 Mei, workshop tahunan ini menjadi ajang aktualisasi para peneliti untuk meningkatkan beberapa keterampilan yang mendukung untuk melakukan riset secara baik dan benar, demikian Dr Benny Tjahjono, Senior Lecturer in Supply Chain Operations/Supply Chain Research Centre kepada Antara London, Minggu.
Workshop diawali dengan sambutan Prof Tom Stephenson yang menyampaikan overview tentang Cranfield University sebagai salah satu universitas terkemuka di ranah riset.
Pelaksana Tugas Atase Pendidikan KBRI London, Dino Kusnadi, menyampaikan apresiasi atas kegiatan positif yang dihadiri lebih dari 35 peserta dari beberapa universitas terkemuka seperti London School of Economics, University of Manchester, The University of Stirling, dan lainnya.
Dino Kusnadi menyampaikan pentingnya transferable skills bagi para peniliti. Hal ini berkaitan dengan hubungan antara pendidikan tinggi dan dunia riset. Hal inilah yang diterjemahkan pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan penggabungan Direktorat Pendidikan dengan Kementerian Negara Riset dan Teknologi.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Satya Widya Yudha memaparkan arah kebijakan, capaian, serta target dari pemerintahan Joko Widodo. Beberapa masalah berkaitan dengan ketahanan nasional yang menjadi perhatian pemerintah antara lain radikalisme, narkotika dan obat-obatan terlarang serta kegiatan ilegal termasuk illegal logging, fishing, mining and human trafficking.
Pemerintah menciptakan kebijakan ekonomi yang fokus pada pertumbuhan dan kesetaraan, menyediakan akses pendidikan dan kesehatan yang berkualitas, terjangkau, serta meningkatkan kapasitas polisi-militer terutama persenjataan dan teknologi militer.
Materi workshop pertama dari Director of Research di Cranfield School of Management, Profesor David Denyer yang mempresentasikan Embarking Academic Research yang berbagi tipsnya bagaimana memulai perjalanan riset. Denyer memberikan inspirasi kepada peserta dengan metodanya yang unik dalam melakukan literature review yang terstruktur dan sistematis, sekaligus contoh praktisnya.
Sementara itu dosen di bidang Safety and Accident Investigation, Saryani Asmayawati berbagi tips bagaimana memformulasi 'research questions'. Dia berpendapat, "research questions sangatlah penting karena banyak riset yang gagal atau tidak membuahkan hasil yang berarti karena lemahnya faktor ini".
Windo Hutabarat, seorang Research Fellow, sukses dalam memenangkan hibah riset dari Innovate UK, berbagi pengalaman bagaimana cara membuat proposal untuk ditujukan ke Innovate UK dan beberapa tips praktis memenangkan hibah tersebut.
Sementara Benny Tjahjono berbagi pengalaman bagaimana melihat peluang kolaborasi riset antara universitas, industri dan pemerintah. Dosen senior di bidang Supply Chain Operations ini mengutarakan, kolaborasi riset antara industri dan academia tidak bisa berjalan tanpa ada persepsi saling menguntungkan di kedua belah pihak.
Pada hari kedua, beberapa mahasiswa doktoral tingkat awal, menengah, dan akhir menyampaikan perjalanan PhD mereka. Luluk Lusiantoro, Eva Faja Ripanti, dan Hendro Tjaturpriono membagi pengalaman unik yang terkait proses selama menjalani riset, sharing ini bertujuan agar dapat dijadikan pelajaran kandidat PhD yang lain.
Selanjutnya kegiatan dilanjutkan dengan: academic writing. "Keterampilan dan kemampuan menulis karya ilmiah sangat penting untuk semua kandidat doktor. Akan tetapi menulis tidaklah mudah, apalagi dengan bahasa Inggris yang benardan terstruktur," ujar Lusiantoro.
Setelah Academic Writing workshop, peserta dilatih untuk mempresentasikan riset di depan peserta lain dan tutor bertujuan melatih keberanian berbicara di depan umum dan menyampaikan topic risetnya kepada general audience. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015