Belakangan ini, atas undangan dari Provinsi Hainan dan Yunnan, Gubernur Bali Bapak Mangku Pastika memimpin delegasi pemerintah Bali mengunjungi kedua provinsi tersebut dan hadir dalam pembukaan sidang tahunan 2015 “Boao Forum for Asia” dan “Dialogue Governor/Mayor China-ASEAN” yang diadakan pada periode yang sama. 

Sebelum berangkat, Konjen kami mengadakan pertemuan khusus dengan anggota Delegasi untuk memperkenalkan konsep dan strategi “Satu Kawasan dan Satu Jalur” yang diprakarsai oleh pemerintah RRT. 

Setelah kembalinya ke Bali, semua anggota Delegasi sangat mengapresiasi kunjungan ke RRT. “Dengan kunjungan ini kami telah mengenal lebih mendalam dan lengkap tentang konsep ‘Satu Kawasan dan Satu Jalur’, memang maksudnya bukan untuk kepentingan diri sendiri, melainkan untuk kepentingan negera-negara sepanjang jalur”, kata Kepala Biro Pemerintahan Bali Bapak Jayadi.

Saya sudah 9 bulan bekerja di Bali, dan selalu ada orang yang bertanya: Apa arti “Satu Kawasan dan Satu Jalur”? Dan mengapa RRT memprakarsai konsep dan strategi tersebut? Dan Indonesia dapat berperan apa dalam strategi tersebut? Melalui tulisan ini, saya ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan memaparkan konsep“Satu Kawasan dan Satu Jalur”

1. Latar belakang konsep RRT tentang “Satu Kawasan dan Satu Jalur”.

Jauh pada saat 2100 tahun yang lalu, penjelajah dan diplomat Dinasti Han yang bernama Zhang Qian telah dua kali diutus ke “Daerah Barat” yang sekarang disebut daerah Asia Tengah dan Asia Selatan, telah  membuka jalur/pintu perkunjungan persahabatan antara kedua belah pihak. 

Jalur ini semakin hari semakin diperpanjang dan diperluas sampai akhirnya menjadi “Jalur Sutra” yang menghubungkan Asia dan Eropa dengan panjangnya hingga 10 ribu kilometer. 

Sejak zaman pertengahan Dinasti Tang, pusat ekonomi Tiongkok beralih ke daerah selatan dan jalur laut menggeser jalur darat menjadi jalur utama dalam hubungan perdagangan luar negeri. 

Pada zaman Dinasti Song dan Dinasti Yuan, bersamaan dengan berkembangnya teknologi pelayaran dan kemakmuran perekonomian yang luar biasa, “Jalur Sutra Laut” mencapai masa kejayaan. 

Pada Dinasti Ming, dengan “Tujuh Pelayaran ke Lautan Barat”, armada Zheng He telah berkali-kali berkunjung ke kepulauan Indonesia, telah berperan penting dalam pertukaran kebudayaan dan peningkatan hubungan perdagangan serta persahabatan rakyat.

Selama ratusan tahun, “Jalur Sutra” baik melalui jalur daratan maupun lautan, bukan hanya membawa banyak barang komoditi seperti sutra, porselin, lada, bumbu-bumbu dan sebagainya kepada rakyat disepanjang jalurnya, tetapi mempersembahkan pula kedamaian dan persahabatan. 

Melalui “Jalur Sutra”, negara-negara sepanjang jalur banyak mendapatkan manfaat dan keuntungan. Antara lain negara-negara tersebut terjalin interkoneksi, saling belajar, terwujud penukaran komoditi, teknologi, kunjungan orang dan juga pikiran; terjadi kemajuan dalam pembangunan ekonomi sosial dan juga terjalin hubungan harmonis antara suku bangsa, kepercayaan dan kebudayaan yang berbeda. 

Peninggalan dan pelajaran sejarah dari “Jalur Sutra” adalah ide atau konsep kerjasama secara damai, terbuka dan inklusif, saling belajar, dan saling menguntungkan.

Integrasi regional adalah tahapan yang harus ditempuh dalam globalisasi ekonomi dunia. Integrasi regional Asia sedang berkembang pesat dan mendorong perkembangan serta perdamaian Asia.

 Tapi harus diakui bahwa, integrasi Asia masih ketinggalan dibanding dengan Eropa dan Amerika Utara, khususnya adalah perkembangan yang tak seimbang dan kurang terkaitnya  antara satu sub-regional dengan sub-regional Asia lainnya. Hal ini merupakan rintangan yang tak kecil untuk memperdalam integrasi antar sub-regional di Asia.

Konsep “Satu Kawasan dan Satu Jalur” kebetulan bisa menghubungkan kerja sama sub-regional di Asia Tengah, Asia Selatan, ASEAN dan Asia Barat, dan membantu interkoneksi dan saling mengisi dalam kerja sama antar sub-regional tersebut, dan membangun rantai suplai, rantai industri dan rantai penambahan nilai di seluruh Asia, juga bisa memperbarui sistem dan kinerja di daerah Asia.

 â€œSatu Kawasan dan Satu Jalur” ini bukan hanya mencakup pembangunan infrastruktur, tapi juga dapat memperbaiki lingkungan bisnis di Asia, membantu aliran faktor produktif secara bebas dan teratur dan mencapai konfigurasi opitimal, menguntungkan bagi perkembangan negara-negara pedalaman dan terpencil, menguntungkan penurunan tarif dan ongkos perdagangan dan investasi antar negara, menambah dinamika pembanguanan perekonomian negara yang bersangkutan.

Pada bulan September dan Oktober 2013, Presiden RRT Mr. Xi Jinping memprakarsai konsep membangun bersama “Kawasan Ekonomi Jalur Sutra” dan “Jalur Sutra Laut Abad 21”(di singkatkan sebagai “Satu Kawasan”dan “Satu Jalur”) pada saat mengunjungi Kazakhstan dan Indonesia. 

Prakarsa ini disambut hangat dan positif oleh masyarakat internasional. Sampai sekarang sudah lebih dari 60 negara dan organisasi internasional  sepanjang Jalur Sutra yang sudah ikut serta dalam prakarsa tersebut. 

Negara anggota pendiri atau anggota tentatif Asia Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang diprakarsai oleh RRT sudah mencapai 57. Indonesia merupakan salah satu negara anggota pendiri pertama. 

“Negosiasi bersama, membangun bersama, dan menikmati bersama” adalah prinsip AIIB yang diusulkan RRT, supaya semua negara anggota dapat berperan aktif dan mempunyai hak serta kewajiban yang seyogianya.

Pada tanggal 28 Maret tahun ini, RRT mengumumkan Visi dan Tindakan Membangun Bersama Kawasan Ekonomi Jalur Sutra dan Jalur Sutra Lautan Abad 21, saya yakin bahwa dengan terlaksananya visi dan tindakan tersebut,tahap  kerja sama yang saling menguntungkan antar negara-negara Asia, Eropa dan Afrika akan semakin  meningkat. (Bersambung)

HuYinquan
Konsul Jenderal Republik Rakyat Tiongkok di Denpasar

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015