Pasuruan, Jawa Timur (Antara Bali) - Etnis Tengger di Desa Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, mengarak 46 ogoh-ogoh atau patung raksasa dalam perayaan upacara menjelang Hari Raya Nyepi, Jumat malam.

"Ada 46 ogoh-ogoh yang diarak keliling desa dari tiga kecamatan, yakni Kecamatan Tosari, Puspo, dan Tutur dengan total sebanyak 13 desa. Di Kecamatan Tosari sendiri memiliki 8 desa, sisanya dari Kecamatan Tutur dan Puspo," kata Dukun Pandita Suku Tengger, Eko Warnoto.

Ia mengatakan, ogoh-ogoh merupakan simbol butha kala yang memiliki kekuatan negatif atau kekuatan alam yang merupakan perwujudan dari unsur alam yang terdiri dari air, api, cahaya, tanah, dan udara.

Dalam perayaan Tahun Baru Saka 1937, ia menambahkan, mengarak ogoh-ogoh ini termasuk pecaruan dalam catur bratha nyepi yang pada akhir acara ogoh-ogoh tersebut akan dibakar di desa masing-masing.

"Pada akhir acara ogoh-ogoh akan dibakar untuk menghilangkan sifat buruknya dan berharap hanya ada sifat kedewaan yang ada di diri manusia dan alam semesta, sehingga inti dari ini semua untuk menetralisir alam dan manusia," paparnya.

Menurut dia, upacara Nyepi memiliki empat rangkaian, yakni melasti yang sudah diadakan Kamis (19/3) di lereng Gunung Bromo, pecaruan atau tawur dan pengerupukan, nyepi, dan ngembak geni.

"Dalam perayaan nyepi atau catur brata nyepi terdiri dari amati geni yang berarti tidak menyalakan api, termasuk api amarah yang ada dalam diri manusia, lelanguan yang berarti tidak berfoya-foya atau mengadakan pesta," jelasnya.

Selain itu, pati lelungan yang berarti tidak berpergian kemana pun, dan pati karya yang berarti tidak bekerja selama Hari Raya Nyepi yang jatuh pada hitungan tilem kesanga yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera. (WDY)

Pewarta: Oleh Zumrotun Solichah/Laily Arishandi

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015