Amlapura (Antara Bali) - Tari rejang lilit merupakan tarian persembahan untuk para dewa-dewi saat upacara karya melaspas, nubung pedagingan dan ngenteg linggih di Pura Puseh Desa Adat Culik, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali yang puncaknya pada Kamis (23/9).

"Tarian sakral itu dipersembahkan pada dewa-dewi saat pembukaan karya sekaligus pelengkap upacara," kata Jero Mangku Wayan Mertha, salah seorang pemimpin upacara di pura itu, Rabu. 

Saking sakralnya tarian tersebut, kata Jero Mertha, penarinya pun tidak boleh sembarangan. "Penarinya harus anak-anak wanita yang belum pernah mengalami menstruasi sebanyak 50 orang," ujarnya.

Dalam pelaksanaannya, jelas Jro Mertha, menurut tradisi di Desa Adat Culik, tarian rejang lilit ditarikan mengelilingi areal pura sebanyak tiga kali yang disebut upacara "Murwadaksina".

Saat mengelilingi pura, diceritakan salah satu penari rejang paling belakang diculik oleh para raksasa untuk dijadikan santapan (makanan). 

Nah, untuk menebus kehilangan penari itu, kata Jero Merta  dilakukan persembahan berupa nasi akarang dan "jinah bolong satak" (200 uang kepeng). "Dengan tebusan itu, mudah-mudahan cerita penculikan itu tidak benar-benar terjadi," ucapnya menjelaskan.

Persembahan itu dilakukan khusus pada Pura Balang Tamak di Pura Bale Agung desa setempat. "Dengan persembahan itu, kita memohon agar bumi ini selamat dan sejahtera," ucapnya.

Ketua Panitia Karya I Ketut Pasek mengatakan secara menyeluruh upacara agama itu dilaksanakan untuk mengupacarai sejumlah "pelinggih" bangunan istana dewa-dewi di "mandala utama" atau ruang utama di pura itu.

Selain "pelinggih" bangunan istana para dewa-dewi itu , kata Pasek juga untuk mengupacarai bangunan candi bentar dan "penyengker"  atau tembok di pura itu.

"Dana yang dihabiskan untuk pembangunan itu sekitar Rp1,5 miliar, sementara untuk upacara agama yang degelar kali ini diperkirakan menelan dana sekitar Rp500 juta," katanya. 

Saat ini, kata Pasek, sebelum pelaksanaan puncak karya pada Kamis (23/9), pihaknya tengah melaksanakan upacara "mendak bagya pule kerti" di Desa Adat Kaang-Kaang, Kecamatan Abang.

Sebelum itu juga dilaksanakan upacara "pecaruan balik sumpah" pada tanggal 8 September 2010, serta upacara "melasti" pada tanggal  20 September 2010.

Upacara itu "dipuput" atau diselesaikan oleh Ida Pedanda Istri Rai dari Geria Culik, Kecamatan Abang, katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010