Singaraja (Antara Bali) - Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta mengimbau masyarakat di daerah ini untuk mengurangi mengonsumsi beras dan melakukan diversifikasi makanan.
"Masih ada sumber karbohidrat lainnya selain beras, seperti jagung dan umbi-umbian," kata Sudikerta saat melakukan operasi pasar di Desa Kekeran, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, Jumat.
Menurut dia, akibat konsumsi beras masyarakat Bali yang cukup tinggi juga berimbas tingginya inflasi di Bali pada 2014 yakni mencapai 8,43 persen.
"Selain karena kita terlalu banyak mengkonsumsi beras, inflasi ini juga terjadi sebagi akibat kebutuhan pokok dari masyarakat yang tidak menentu dan juga produksi dari kebutuhan tersebut lebih kecil dari yang dikonsumsi," ucapnya.
Sudikerta juga mengimbau para petani untuk tidak buru-buru menjual hasil pertaniannya keluar Bali dikarenakan harganya yang lebih tinggi.
Kita di Bali saat ini masih membutuhkan kira-kira 37 ribu ton beras. Oleh karena itu, kami harapkan para petani tidak menjual hasilnya keluar walapun harganya lebih tinggi. Nanti yang untung tersebut hanya para tengkulak dan mereka akan menjual kembali ke Bali dengan harga yang lebih tinggi," ucapnya.
Di sisi lain, Sudikerta juga mengajak masyarakat untuk selalu mendukung program yang dijalankan oleh pemerintah karena pemerintah juga telah siap untuk bersama-sama masyarakat membantu peningkatan mutu dan kualitas hasil pertanian, serta mengembangkan sumber daya pertanian yang ada di Bali.
Senada dengan Sudikerta, Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Panusunan Siregar juga menyatakan bahwa kegiatan operasi pasar ini selain diharapkan untuk mampu meringankan beban dari masyarakat, juga diharapkan mampu mengendalikan harga beras yang saat ini melonjak sangat tinggi.
Sedangkan Kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan Bali Dewi Setyowati mengemukakan salah satu upaya untuk menekan inflasi adalah dengan melaksanakan operasi pasar tersebut sehingga diharapkan masyarakat untuk selalu mendukung apa yang telah dilakukan oleh pemerintah, sehingga upaya untuk mensejahterakan masyarakat dapat tercapai dengan cepat. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Masih ada sumber karbohidrat lainnya selain beras, seperti jagung dan umbi-umbian," kata Sudikerta saat melakukan operasi pasar di Desa Kekeran, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, Jumat.
Menurut dia, akibat konsumsi beras masyarakat Bali yang cukup tinggi juga berimbas tingginya inflasi di Bali pada 2014 yakni mencapai 8,43 persen.
"Selain karena kita terlalu banyak mengkonsumsi beras, inflasi ini juga terjadi sebagi akibat kebutuhan pokok dari masyarakat yang tidak menentu dan juga produksi dari kebutuhan tersebut lebih kecil dari yang dikonsumsi," ucapnya.
Sudikerta juga mengimbau para petani untuk tidak buru-buru menjual hasil pertaniannya keluar Bali dikarenakan harganya yang lebih tinggi.
Kita di Bali saat ini masih membutuhkan kira-kira 37 ribu ton beras. Oleh karena itu, kami harapkan para petani tidak menjual hasilnya keluar walapun harganya lebih tinggi. Nanti yang untung tersebut hanya para tengkulak dan mereka akan menjual kembali ke Bali dengan harga yang lebih tinggi," ucapnya.
Di sisi lain, Sudikerta juga mengajak masyarakat untuk selalu mendukung program yang dijalankan oleh pemerintah karena pemerintah juga telah siap untuk bersama-sama masyarakat membantu peningkatan mutu dan kualitas hasil pertanian, serta mengembangkan sumber daya pertanian yang ada di Bali.
Senada dengan Sudikerta, Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Panusunan Siregar juga menyatakan bahwa kegiatan operasi pasar ini selain diharapkan untuk mampu meringankan beban dari masyarakat, juga diharapkan mampu mengendalikan harga beras yang saat ini melonjak sangat tinggi.
Sedangkan Kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan Bali Dewi Setyowati mengemukakan salah satu upaya untuk menekan inflasi adalah dengan melaksanakan operasi pasar tersebut sehingga diharapkan masyarakat untuk selalu mendukung apa yang telah dilakukan oleh pemerintah, sehingga upaya untuk mensejahterakan masyarakat dapat tercapai dengan cepat. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015