Denpasar (Antara Bali) - Pengamat budaya yang juga seorang seniman Putu Marmar Herayukti mengatakan pembuatan "ogoh-ogoh" atau boneka raksasa menjelang perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Saka 1937 diminta menggunakan bahan yang ramah lingkungan.

"Pembuatan `ogoh-ogoh` dengan anyaman bambu jauh lebih sehat, hemat dan ramah lingkungan serta menumbuhkan sikap gotong-royong di antara para generasi muda dibandingkan dengan menggunakan bahan stereofoam," katanya dalam acara seminar bertema "Menumbuhkan Ekonomi Kreatif Berwawasan Budaya Unggulan tahun 2015 bagi Generasi Muda", di Denpasar, Selasa.

Ia mengatakan dengan penggunaan "stereofoam" itu juga dapat menghilangkan tradisi "ngulat" atau menganyam bambu yang merupakan tradisi di Bali.

"Jika ogoh-ogoh tersebut terbuat dari bahan kimia dan berbahan plastik tentu akan berpengaruh terhadap lingkungan sekitar, termasuk kesehatan saat pembuatan," ucapnya.

Ia juga mengatakan akibat dari limbah maupun bahaya zat kimia yang terkandung dalam stereofoam tersebut berpengaruh terhadap kesehatan manusia itu sendiri.

"Selama pembuatan jika menggunakan `stereofoam` maka tidak akan bisa terindar dengan zat dikandung menyemari lingkungan dan menganggu pernapasan si pembuat boneka raksasa itu," ujarnya.

Oleh karena itu, kata Marmar Herayukti, bahwa organisasi pemuda di banjar (dusun) diharapkan sepakat untuk tidak menggunakan stereofoam untuk bahan material "ogoh-ogoh" tersebut.

"Kami ingin `ogoh-ogoh` menjadi ikon kesenian di Bali yang sesuai dengan konsep `Tri Hita Karana` yakni hubungan harmonis yang baik dengan lingkungan, manusia dan tuhan," katanya.

Marmar Herayukti berharap "ogoh-ogoh" bisa menjadi satu cara anak muda Bali belajar dengan sastra Hindu yang dijadikan dasar cerita dalam boneka raksasa tersebut sehingga tetap berlanjut ke depan.

Ia mengemukakan dengan menggunakan "stereofoam" memang lebih gampang dalam membuat "ogoh-ogoh" dan hasil yang diproleh juga lebih bagus, namun biaya yang dikeluarkan juga lebih mahal.

"Tak hanya itu saja, bahan ini juga sangat berbahaya bagi kesehatan. Untuk itu, kami mengajak agar masyarakat berhenti menggunakan stereofoam dan beralih ke bambu dan kertas bekas.," katanya. (WDY)

Pewarta: Oleh I Komang Suparta

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015