Denpasar (Antara Bali) - Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Bali Hendra A Wasita mengatakan di Pulau Dewata pramuwisata bahasa Mandarin masih sedikit dibanding jumlah kunjungan wisatawan asal Tiongkok.

"Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Bali dan pengamatan kami, bahwa masih relatif sedikit dibanding jumlah kunjungan wisatawan asal Negeri Tirai Bambu yang mencapai ratusan ribu orang ke sini, sedangkan guidenya masih puluhan orang," kata Hendra di sela-sela perayaan Imlek 2566 di Kuta, Bali, Sabtu malam.

Oleh karena itu, kata dia, pemerintah dan instansi terkait seperti Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali, pihaknya mendorong masyarakat yang berminat menjadi pemandu wisatawan asal Tiongkok meningkatkan bahasa dan pengetahuan terkait sejarah dan sosial budaya masyarakat setempat.

"Kami mendorong instansi terkait agar melakukan peningkatan pengetahuan dan sertifikasi pramuwisata khusus bahasa Mandarin. Selain jumlah guide sedikit, juga dari segi pengetahuan pramuwisata Mandarin masih kurang, sehingga wisatawan banyak yang mengadu kepada kami, tentang penjelasan yang disampaikan oleh oknum pramuwisata itu," katanya.

Ia mengatakan oknum pramuwisata bahasa Mandarin yang ada saat ini dalam pengetahuan penyampaian sosial budaya Bali selama ini banyak disalah artikan, sehingga persepsinya menjadi berubah.

"Jangan salahkan mereka (wisatawan Tiongkok), sebelum ke Bali mereka sebenarnya sudah mempelajari objek wisata dan pengetahuan tentang budaya Bali. Namun karena sesampai di Bali mereka mendapatkan guide yang lemah pengetahuan dan bahasa Mandarinnya seadanya. Mereka wajarlah melakukan komplin," ucap pria yang juga pengusaha itu. Hendra mengaku PSMTI siap membantu pemerintah daerah dan instansi terkait untuk menjembatani permasalahan itu, seperti ikut terlibat dalam melakukan sertifikasi bagi pemandu wisata berbahasa Mandarin. (WDY)

Pewarta: Oleh I Komang Suparta

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015