Denpasar (Antara Bali) - Dua siswa SMAN 3 Denpasar Ni Nyoman Oktaria Asmarani dan Ni Nyoman Shinta Prasista Sari, menjadi duta Indonesia dalam "Intel International Science and Engineering Fair (IISEF) 2015 di Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat.

Ni Nyoman Oktaria Asmarani dan Ni Nyoman Shinta Prasista Sari yang disapa Oming di Denpasar, Senin mengatakan mendapatkan kesempatan itu setelah menjadi peserta terbaik kategori Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan, dalam ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Remaja (LKIR) ke-46, yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, November 2014.

Menurut Oktaria Asmarini yang akrab dipanggil Rani, bahwa IISEF merupakan pameran sekaligus lomba karya ilmiah remaja terbesar di dunia, yang diikuti oleh 70 negara.

Ia mengatakan untuk ajang yang sama tahun lalu melibatkan 1.700 kelompok peserta. IISEF 2015 diselenggarakan pada 10-15 Mei.

Karya tulis yang meloloskan mereka menjadi juara nasional dan berkesempatan berangkat ke Negeri Paman Sam, Rani dan Oming menulis "Reaksi Banjar Adat dan Desa Adat di Kota Denpasar, dalam Mengatasi Aksi-aksi Kelompok Preman di Wilayahnya".

Karya tulis itu lebih menyoroti kebijakan apa saja yang telah dibuat dan dilaksanakan pihak banjar (dusun) dan desa adat, dalam melindungi warganya. Khususnya penduduk pendatang, yang di Bali disebut "krama tamiu". Sudah bukan rahasia lagi, sering penduduk pendatang itu rawan menjadi objek dari tindakan premanisme, seperti pemerasan.

Oming menambahkan, diangkatnya permasalahan tersebut berawal dari keresahan mereka yang sering melihat baliho-baliho ormas berukuran besar, yang terpasang di sudut-sudut kota. Oming dan Rani pun berpikir, apa yang dilakukan banjar dan desa adat dalam menanggapi hal tersebut. Terutama dalam perlindungan terhadap warganya sendiri.

Untuk merampungkan tulisan tersebut bagi Oming wanita kelahiran Denpasar 8 Nopember 1996 ini menjelaskan bukan perkara mudah.

Menurut anak pasangan I Wayan Mirta dengan Ni Nyoman Siratini harus berkeliling dari rumah ke rumah untuk mendapatkan data tentang itu. Terlebih pembinanya I Wayan Ananta Wijaya, mengharuskannya mendapatkan data dengan validitas tinggi.

Oming dan Rani harus mewawancarai sebanyak 20 penduduk pendatang, kelian banjar (ketua dusun) dan bendesa (ketua) adat, serta mewawancarai narasumber ahli, seperti akademisi, jurnalis, pengamat premanisme serta ahli hukum adat. "Pokoknya untuk mendapatkan data ini sangat seru," kata Oming.

Rani dan Oming menyampaikan terima kasih kepada Kepala SMAN 3 Denpasar Drs Ketut Suyastra, guru-guru serta teman-temannya di sekolah. Termasuk kedua orang tua yang sangat memahami kesibukan putrinya.

"Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra yang sangat mendukung keberangkatan ke Amerika Serikat," katanya. (WDY)

Pewarta: Oleh I Komang Suparta

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015