Tembagapura, (Antara Bali) - EVP & General Manager ‎Freeport
Indonesia Nurhadi Sabirin mengatakan, PT Freeport Indonesia tidak pernah
mengirim konsentrat ke Amerika Serikat.
"Sekitar 40 persen kita olah di PT Smelting yang ada Gresik, Jawa Timur. Sementara 60 persen kita ekspor ke berbagai negara terutama di Asia. PT Freeport Indonesia tidak eksport konsentrat ke Amerika Serikat," kata Nurhadi di Tembagapura, Timika, Papua, Minggu.
Ia menyebutkan, PT Freeport Indonesia memproduksi konsentrat berbentuk pasir dengan kandungan sejumlah material berharga yaitu emas, perak, dan tembaga.
Nurhadi menjelaskan konsentrat adalah ore atau batuan yang mengandung material berharga.
"Setiap harinya, PT Freeport‎ mengolah 220-240 ribu ton ore. Dari 220-240 ribu ton itu, hanya 6.000 ton yang menjadi konsentrat," kata Nurhadi.
Sisa konsentrat berupa pasir bisa dimanfaatkan untuk membangun jalan.
"Konsentrat itu sudah 95 persen jadi. Sisanya 5 persen diolah di smelter, misalnya menjadi lempengan tembaga atau batangan emas," kata Nurhadi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Sekitar 40 persen kita olah di PT Smelting yang ada Gresik, Jawa Timur. Sementara 60 persen kita ekspor ke berbagai negara terutama di Asia. PT Freeport Indonesia tidak eksport konsentrat ke Amerika Serikat," kata Nurhadi di Tembagapura, Timika, Papua, Minggu.
Ia menyebutkan, PT Freeport Indonesia memproduksi konsentrat berbentuk pasir dengan kandungan sejumlah material berharga yaitu emas, perak, dan tembaga.
Nurhadi menjelaskan konsentrat adalah ore atau batuan yang mengandung material berharga.
"Setiap harinya, PT Freeport‎ mengolah 220-240 ribu ton ore. Dari 220-240 ribu ton itu, hanya 6.000 ton yang menjadi konsentrat," kata Nurhadi.
Sisa konsentrat berupa pasir bisa dimanfaatkan untuk membangun jalan.
"Konsentrat itu sudah 95 persen jadi. Sisanya 5 persen diolah di smelter, misalnya menjadi lempengan tembaga atau batangan emas," kata Nurhadi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015