Denpasar (Antara Bali) - Sebanyak 24 sekolah di Bali akan melaksanakan ujian nasional dengan menggunakan sistem tes berbasis komputer (computer based test/CBT) pada April dan Mei 2015.

"Untuk Bali, oleh pusat ditetapkan ada 24 sekolah, tetapi kami harus cek kembali. Sekolah tersebut harus kami verifikasi dulu untuk kesiapan mereka menggunakan sistem komputer ini," kata Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Kadisdikpora) Provinsi Bali Tjokorda Istri Agung (TIA) Kusuma Wardhani, di Denpasar, Senin.

Ia mengemukakan, 24 sekolah yang ditunjuk Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah untuk melaksakan sistem CBT tersebut terbagi menjadi 12 sekolah jenjang SMA, 2 SMK, dan 10 SMP. "Sekolah-sekolah itu ada di seluruh Bali, namun mayoritas ada di Denpasar," ujarnya.

TIA menambahkan, jadwal pelaksanaan UN untuk sekolah yang menggunakan sistem CBT berbeda dengan sekolah yang menggunakan lembar jawaban ujian nasional (LJUN). Ujian nasional yang menggunakan LJUN untuk jenjang SMA/SMK akan dilaksanakan pada 13-15 April 2015 dan UN jenjang SMP pada 4-6 Mei 2015.

Sedangkan UN bagi sekolah yang menggunakan sistem CBT dijadwalkan untuk jenjang SMA berlangsung selama enam hari yakni (7,8, 9, 13, 14 dan 15 April), jenjang SMK selama empat hari (13, 14, 15 dan 16 April) dan untuk SMP selama tiga hari (4,5 dan 6 Mei 2015).

"Saat ini kami sedang mengonfirmasi kesiapan sekolah-sekolah yang ditunjuk tersebut, karena harus dicek juga perangkat yang tersedia," katanya.

Meskipun sudah ditunjuk 24 sekolah, TIA mengatakan masih memungkinkan jumlahnya bertambah atau bisa pula berkurang. Hal itu tergantung kesiapan sekolah masing-masing.

Di sisi lain, ucap TIA, ujian nasional pada tahun ini tidak lagi menjadi salah satu unsur penentu kelulusan siswa, melainkan kelulusan ditentukan oleh pihak sekolah. Ujian nasional fungsinya untuk pemetaan.

"Walaupun UN mungkin nilainya di bawah, siswa tetap bisa melanjutkan ke perguruan tinggi atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sedangkan nilai UN karena terkait fungsi pemetaan maka digunakan untuk menguatkan kondisi objektif siswa," ujarnya.

Ia mencontohkan, ketika nilai matematika di suatu sekolah jebol, maka dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengetahui mengapa kondisi itu bisa terjadi. (WDY)

Pewarta: Oleh Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015