Denpasar (Antara Bali) - Rektor Perbanas Institute Prof Dr Marsudi Wahyu Kisworo mengatakan sumber daya manusia (SDM) Indonesia harus bersiap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan berlaku awal tahun 2016.
"Untuk itu semua sektor harus sudah mempersiapkan SDM yang andal sejak dini. Jika SDM Indonesia tidak siap maka hanya menjadi penonton di negaranya sendiri," katanya pada acara "International Conference for Emerging Markets" (ICEM) di Kuta, Bali, Jumat.
Ia mengatakan bahkan di negara Myanmar dan Laos sedang tren membuka kursus Bahasa Indonesia. Itu artinya mereka mau nyerbu Indonesia saat MEA diberlakukan.
Menurut penilaian Marsudi, banyak hal yang perlu disiapkan Indonesia sesegera mungkin, antara lain permodalan, jasa dan SDM yang andal.
"Tiga hal inilah yang kita masih keteteran. Karena itu diharapkan semua pihak untuk mempersiapkan, sehingga diberlakukan MEA itu kita sudah siap segalanya," katanya.
Sementara Ketua Umum Perbanas, Sigit Pramono menambahkan, saat MEA diberlakukan bakalan lebih banyak bank asing dari negara Asean menyerbu Indonesia.
"Saat ini saja sudah ada lebih dari 1000 bank asing Asean yang memiliki kantor cabang di seluruh Indonesia, seperti CIMB Niaga milik Malaysia, OCD NISP dari Singapura dan lain-lain. Sementara kita hanya punya BRI di Malaysia dan BNI di Singapura," katanya.
Menurut mantan Dirut Bank BNI ini, pemerintah Indonesia harus lebih serius menyiapkan instrumen guna membantu pengusaha Indonesia dan proaktif mendorong peningkatan kualitas SDM.
"Jangan kaget, nanti semuanya juga punya banyak saingan dari negara Asean lain," ujarnya.
Direktur Kerja Sama dan Pengembangan STIKOM Bali, I Made Sarjana MM mengatakan kunci keberhasilan sebuah bisnis adalah penguasaan teknologi dan informasi.
"Supaya bisa bersaing, para pengusaha kita harus menerapkan ICT dalam bisnisnya untuk efisiensi," katanya.
Kegiatan konferensi internasional itu diikuti perwakilan empat negara, yakni Singapura, Perancis, Australia dan Indonesia selaku tuan rumah. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Untuk itu semua sektor harus sudah mempersiapkan SDM yang andal sejak dini. Jika SDM Indonesia tidak siap maka hanya menjadi penonton di negaranya sendiri," katanya pada acara "International Conference for Emerging Markets" (ICEM) di Kuta, Bali, Jumat.
Ia mengatakan bahkan di negara Myanmar dan Laos sedang tren membuka kursus Bahasa Indonesia. Itu artinya mereka mau nyerbu Indonesia saat MEA diberlakukan.
Menurut penilaian Marsudi, banyak hal yang perlu disiapkan Indonesia sesegera mungkin, antara lain permodalan, jasa dan SDM yang andal.
"Tiga hal inilah yang kita masih keteteran. Karena itu diharapkan semua pihak untuk mempersiapkan, sehingga diberlakukan MEA itu kita sudah siap segalanya," katanya.
Sementara Ketua Umum Perbanas, Sigit Pramono menambahkan, saat MEA diberlakukan bakalan lebih banyak bank asing dari negara Asean menyerbu Indonesia.
"Saat ini saja sudah ada lebih dari 1000 bank asing Asean yang memiliki kantor cabang di seluruh Indonesia, seperti CIMB Niaga milik Malaysia, OCD NISP dari Singapura dan lain-lain. Sementara kita hanya punya BRI di Malaysia dan BNI di Singapura," katanya.
Menurut mantan Dirut Bank BNI ini, pemerintah Indonesia harus lebih serius menyiapkan instrumen guna membantu pengusaha Indonesia dan proaktif mendorong peningkatan kualitas SDM.
"Jangan kaget, nanti semuanya juga punya banyak saingan dari negara Asean lain," ujarnya.
Direktur Kerja Sama dan Pengembangan STIKOM Bali, I Made Sarjana MM mengatakan kunci keberhasilan sebuah bisnis adalah penguasaan teknologi dan informasi.
"Supaya bisa bersaing, para pengusaha kita harus menerapkan ICT dalam bisnisnya untuk efisiensi," katanya.
Kegiatan konferensi internasional itu diikuti perwakilan empat negara, yakni Singapura, Perancis, Australia dan Indonesia selaku tuan rumah. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015