Denpasar (Antara Bali) - Tim pemantau dari konsultan UNESCO melihat dari dekat organisasi pengairan tradisional bidang pertanian (subak) di Bali yang telah dikukuhkan menjadi warisan budaya dunia (WBD).
"Tiga anggota tim konsultan UNESCO yang memantau WBD di Bali, 13-15 Januari 2015 memberikan apresiasi terhadap tindak lanjut WBD tersebut," kata Ketua Pusat Penelitian Subak dari Universitas Udayana Prof Dr Wayan Windia di Denpasar, Minggu.
Ia bersama Yunus Arbi dari Ditjen Kebudayaan Kemendikbud mendampingi tim konsultan UNESCO yang terdiri atas Kristal Bunly, Gumanini dan Koari mengunjungi Subak yang terpencar pada empat kawasan yang menjadi satu kesatuan.
Tim UNESCO yang dalam peninjauannya itu diterima secara ramah oleh petani anggota Subak yang telah dikukuhkan menjadi WBD. Kondisi Subak pun cukup membanggakan.
Keempat kawasan itu terdiri atas 14 Subak di kawasan Catur Angga Batukaru, Kabupaten Tabanan dan tiga subak di daerah aliran sungai (DAS) Pakerisan, Kabupaten Gianyar.
Selain itu juga kawasan Pura Taman Ayun, Mengwi, Kabupaten Badung dan Pura Ulun Danu Batur, Kintamani, Kabupaten Bangli.
Windia mengatakan tim konsultan tidak memberikan masukan, karena telah melihat tindak lanjut WBD sudah sesuai dengan harapan.
"Tim cukup bangga terhadap penerimaan anggota subak secara ramah dan penuh kekeluargaan serta telah mengungkapkan terhadap kondisi riil di lapangan," ujar Prof Windia.
Tim pemantau itu segera membuat laporan kepada UNESCO terhadap kondisi Subak yang telah dikokohkan menjadi WBD sejak 29 Juni 2012.
Sistem irigasi sawah khas Bali telah dianugerahi status Warisan Budaya Dunia untuk kategori lanskap budaya telah memberikan dampak positif bagi Bali, khususnya bidang pariwisata.
Pengamat Pariwisata Bali Drs Dewa Nyoman Putra menambahkan sejumlah objek wisata Bali yang dimasukkan UNESCO dalam WBD sangat menguntungkan pengembangan pariwisata Indonesia, terutama Pulau Dewata.
Objek wisata itu dipromosikan oleh dunia dan berpotensi menarik kunjungan wisatawan yang berimbas pada kesejahteraan masyarakat.
UNESCO menindaklanjutinya dengan melakukan pengawasan sekaligus mengevaluasi untuk memastikan keberlanjutan dan kelestarian situs yang sudah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tersebut. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Tiga anggota tim konsultan UNESCO yang memantau WBD di Bali, 13-15 Januari 2015 memberikan apresiasi terhadap tindak lanjut WBD tersebut," kata Ketua Pusat Penelitian Subak dari Universitas Udayana Prof Dr Wayan Windia di Denpasar, Minggu.
Ia bersama Yunus Arbi dari Ditjen Kebudayaan Kemendikbud mendampingi tim konsultan UNESCO yang terdiri atas Kristal Bunly, Gumanini dan Koari mengunjungi Subak yang terpencar pada empat kawasan yang menjadi satu kesatuan.
Tim UNESCO yang dalam peninjauannya itu diterima secara ramah oleh petani anggota Subak yang telah dikukuhkan menjadi WBD. Kondisi Subak pun cukup membanggakan.
Keempat kawasan itu terdiri atas 14 Subak di kawasan Catur Angga Batukaru, Kabupaten Tabanan dan tiga subak di daerah aliran sungai (DAS) Pakerisan, Kabupaten Gianyar.
Selain itu juga kawasan Pura Taman Ayun, Mengwi, Kabupaten Badung dan Pura Ulun Danu Batur, Kintamani, Kabupaten Bangli.
Windia mengatakan tim konsultan tidak memberikan masukan, karena telah melihat tindak lanjut WBD sudah sesuai dengan harapan.
"Tim cukup bangga terhadap penerimaan anggota subak secara ramah dan penuh kekeluargaan serta telah mengungkapkan terhadap kondisi riil di lapangan," ujar Prof Windia.
Tim pemantau itu segera membuat laporan kepada UNESCO terhadap kondisi Subak yang telah dikokohkan menjadi WBD sejak 29 Juni 2012.
Sistem irigasi sawah khas Bali telah dianugerahi status Warisan Budaya Dunia untuk kategori lanskap budaya telah memberikan dampak positif bagi Bali, khususnya bidang pariwisata.
Pengamat Pariwisata Bali Drs Dewa Nyoman Putra menambahkan sejumlah objek wisata Bali yang dimasukkan UNESCO dalam WBD sangat menguntungkan pengembangan pariwisata Indonesia, terutama Pulau Dewata.
Objek wisata itu dipromosikan oleh dunia dan berpotensi menarik kunjungan wisatawan yang berimbas pada kesejahteraan masyarakat.
UNESCO menindaklanjutinya dengan melakukan pengawasan sekaligus mengevaluasi untuk memastikan keberlanjutan dan kelestarian situs yang sudah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tersebut. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015