Taipei (Antara Bali) - Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei mendorong para tenaga kerja Indonesia di Taiwan bisa memproduksi makanan halal.
"Alangkah baiknya kalau TKI-TKI kita di sini bisa memproduksi sendiri makanan halal," kata Kepala KDEI Arief Fadillah di sela peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di kantor Sekretariat Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI NU) Taiwan di Taipei, Minggu.
Ia menginginkan para TKI di Taiwan meniru TKI di Korea Selatan yang mampu memproduksi mi instan halal dan dipasarkan untuk warga negara Indonesia.
"Selama ini kami melihat para TKI kita di Taiwan sering kali mengalami kesulitan mendapatkan makanan yang benar-benar halal," ujarnya.
Pihaknya pun siap membantu memfasilitasi pemasaran produk makanan halal yang dihasilkan para TKI di Taiwan.
"Bagi kami ini sangat penting dilakukan oleh para TKI di luar rutinitas menjalankan pekerjaan yang memang sudah menjadi kewajibannya," kata Arief.
Ia juga mendorong warga nahdliyyin di Taiwan untuk mengawalinya dengan membentuk koperasi atau lembaga lain untuk memasarkan produk-produk makanan halal.
"Dalam waktu dekat ini kami akan mendatangkan TKI dari Korsel yang berhasil memproduksi dan memasarkan mi instan halal tersebut agar ilmunya bisa ditularkan di sini," ujarnya dalam acara Maulid Nabi yang dihadiri sekitar 200 WNI itu.
Sampai saat ini jumlah TKI di Taiwan diperkirakan mencapai 223 ribu orang, baik bekerja di sektor formal, seperti industri dan manufaktur, maupun di sektor informal, seperti pembantu rumah tangga.
Jumlah itu diprediksi akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya kebutuhan industri dan penduduk Taiwan yang mempekerjakan TKI. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Alangkah baiknya kalau TKI-TKI kita di sini bisa memproduksi sendiri makanan halal," kata Kepala KDEI Arief Fadillah di sela peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di kantor Sekretariat Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI NU) Taiwan di Taipei, Minggu.
Ia menginginkan para TKI di Taiwan meniru TKI di Korea Selatan yang mampu memproduksi mi instan halal dan dipasarkan untuk warga negara Indonesia.
"Selama ini kami melihat para TKI kita di Taiwan sering kali mengalami kesulitan mendapatkan makanan yang benar-benar halal," ujarnya.
Pihaknya pun siap membantu memfasilitasi pemasaran produk makanan halal yang dihasilkan para TKI di Taiwan.
"Bagi kami ini sangat penting dilakukan oleh para TKI di luar rutinitas menjalankan pekerjaan yang memang sudah menjadi kewajibannya," kata Arief.
Ia juga mendorong warga nahdliyyin di Taiwan untuk mengawalinya dengan membentuk koperasi atau lembaga lain untuk memasarkan produk-produk makanan halal.
"Dalam waktu dekat ini kami akan mendatangkan TKI dari Korsel yang berhasil memproduksi dan memasarkan mi instan halal tersebut agar ilmunya bisa ditularkan di sini," ujarnya dalam acara Maulid Nabi yang dihadiri sekitar 200 WNI itu.
Sampai saat ini jumlah TKI di Taiwan diperkirakan mencapai 223 ribu orang, baik bekerja di sektor formal, seperti industri dan manufaktur, maupun di sektor informal, seperti pembantu rumah tangga.
Jumlah itu diprediksi akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya kebutuhan industri dan penduduk Taiwan yang mempekerjakan TKI. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015