Jakarta (Antara Bali) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya bekerja sama dengan Korea Selatan dan Social Ministry Meeting dan Forestry (SMMF) guna mengatasi masalah lingkungan hidup dan lahan hutan di Indonesia.
"Pokok hasil kesepakatan meliputi kolaborasi antara ASEAN dengan Korsel soal aktivitas lapangan yang akan secara efektif menangani masalah terkait kehutanan di kawasan," kata Siti melalui keterangan tertulis di Jakarta Selasa.
Siti menambahkan kerja sama antara ASEAN dengan Korsel itu disepakati transfer keahlian mengenai agenda "low carbon", "green growth technology" dan pengendalian dampak perubahan iklim.
Pertemuan pejabat tinggi pemerintah ASEAN dengan Korsel itu berlangsung di Busan Korsel, 11-12 Desember 2014.
Siti mengungkapkan pertemuan itu juga mendorong "Asian Forestry Cooperation" (AFoCo), peningkatan kapasitas dan pelatihan pengendalian kebakaran lahan dan hutan.
Pelatihan tersebut akan disertakan proyek percontohan mencakup kegiatan pengembangan kebijakan dan organisasi penanganan kebakaran hutan.
Kemudian meliputi standar harmonisasi praktik penanganan bencana dan pengendalian api dan pelatihan tentang monitoring dan pengelolaan kebakaran hutan.
Siti menyebutkan pertemuan itu dipimpin Indonesia dan Korsel dengan menghadirkan beberapa pejabat setingkat menteri dan wakil menteri se-Asia Tenggara.
Siti mengungkapkan pembicaraan itu menyangkut juga program kerjasama antara Indonesia dan Korea, seperti pengembangan hutan wisata alam Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGP) di Jawa Barat dan Gunung Yumyeongyang di Korea.
Serta proyek Afforeattion/Reforestation Clean Development Mechanism di Lombok dan REDD+ di Tasik Serkap Riau.
Bahkan menjalin kemitraan antara Seoul National University dengan konsorsium perguruan tinggi Kehutanan se-Indonesia dengan Forum Perhutani yang dinamakan kegiatan Eco-Edu Tourism Forest.
Pemerintah Korsel juga mendukung proyek Restorasi Sungai Ciliwung yang sudah berjalan sejak tahun lalu.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Pokok hasil kesepakatan meliputi kolaborasi antara ASEAN dengan Korsel soal aktivitas lapangan yang akan secara efektif menangani masalah terkait kehutanan di kawasan," kata Siti melalui keterangan tertulis di Jakarta Selasa.
Siti menambahkan kerja sama antara ASEAN dengan Korsel itu disepakati transfer keahlian mengenai agenda "low carbon", "green growth technology" dan pengendalian dampak perubahan iklim.
Pertemuan pejabat tinggi pemerintah ASEAN dengan Korsel itu berlangsung di Busan Korsel, 11-12 Desember 2014.
Siti mengungkapkan pertemuan itu juga mendorong "Asian Forestry Cooperation" (AFoCo), peningkatan kapasitas dan pelatihan pengendalian kebakaran lahan dan hutan.
Pelatihan tersebut akan disertakan proyek percontohan mencakup kegiatan pengembangan kebijakan dan organisasi penanganan kebakaran hutan.
Kemudian meliputi standar harmonisasi praktik penanganan bencana dan pengendalian api dan pelatihan tentang monitoring dan pengelolaan kebakaran hutan.
Siti menyebutkan pertemuan itu dipimpin Indonesia dan Korsel dengan menghadirkan beberapa pejabat setingkat menteri dan wakil menteri se-Asia Tenggara.
Siti mengungkapkan pembicaraan itu menyangkut juga program kerjasama antara Indonesia dan Korea, seperti pengembangan hutan wisata alam Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGP) di Jawa Barat dan Gunung Yumyeongyang di Korea.
Serta proyek Afforeattion/Reforestation Clean Development Mechanism di Lombok dan REDD+ di Tasik Serkap Riau.
Bahkan menjalin kemitraan antara Seoul National University dengan konsorsium perguruan tinggi Kehutanan se-Indonesia dengan Forum Perhutani yang dinamakan kegiatan Eco-Edu Tourism Forest.
Pemerintah Korsel juga mendukung proyek Restorasi Sungai Ciliwung yang sudah berjalan sejak tahun lalu.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014