Lima (Antara Bali/AFP) – Negara-negara berkembang kemungkinan akan membutuhkan sekitar 250-500 miliar dolar Amerika (sekitar Rp3-Rp6 kuadriliun) per tahun pada 2050 untuk mengatasi dampak dari perubahan iklim, menurut laporan dari PBB pada Jumat.

Biaya yang diperkirakan untuk adaptasi tersebut beberapa kali lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, kata Program Lingkungan PBB (UNEP), memperingatkan “kesenjangan dana yang signifikan setelah 2020.”

“Dampak dari perubahan iklim sudah mulai diperhitungkan dalam anggaran pemerintah pusat dan derah,” ujar direktur eksekutif UNEP Achim Steiner dalam sebuah pernyataan.

“Meningkatnya implikasi biaya terhadap masyarakat, kota, bisnis, pembayar pajak dan anggaran nasional semakin mengkhawatirkan ketika semuanya diterjemahkan ke dalam konsekuensi ekonomi riil,” tambahnya.

Pendanaan program-program adaptasi di negara berkembang merupakan poin utama dalam negosiasi PBB yang berlangsung di Lima untuk menuntaskan garis besar pakta dunia yang baru dalam mengatasi pemanasan global.

Negara-negara miskin yang paling rentan terhadap dampak dari perubahan iklim – seperti cuaca buruk, banjir, kekeringan dan meningkatnya permukaan air laut – menuntut komitmen negara kaya terhadap adaptasi dan keuangan untuk dicatat dalam pakta tersebut.(WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014