Denpasar (Antara Bali) - Pengamat dan pelaku seni budaya Bali, Kadek Suartaya, SS Kar, MSi menilai, gong kebyar keberadaannya kini telah mendunia, jika dipandang dari sudut audio dan visual.

"Secara audio kebyar adalah bunyi yang keras serentak dan secara visual kebyar sinar sesaat yang terang benderang," kata Kadek Suartaya yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Minggu.

Ia mengatakan, karakteristik musikal ngebyar, secara sadar dan tak sadar, mewarnai estetika sebagian seni karawitan Bali seperti tampak dalam gender wayang, angklung, joged bumbung dan balaganjur.

Penyebaran gong kebyar yang luas di setiap desa atau banjar di Pulau Dewata, turut membawa pengaruh bergesernya fungsi sejumlah barungan gamelan Bali.

Gong gede yang berfungsi menyajikan musik instrumentalian tabuh-tabuh lelambatan dan mengiringi tari-tarian ritual seperti baris dan rejang, tergantikan oleh gong kebyar.

Demikian pula dramatari calonarang yang lazimnya diiringi dengan gamelan panyalonarangan, kini diiringi dengan gong kebyar.

Kadek Suartaya menambahkan, tari legong keraton yang di masa lalu diiringi dengan gamelan palegongan, kini sudah tidak aneh lagi diiringi dengan gong kebyar.

Bahkan kesenian arja yang biasanya pentas dengan kekhasan gamelan gaguntangan, pada tahun 1970-an sempat dengan penuh bangga diiringi dengan gong kebyar.

Gong kebyar mengokohkan dirinya menjadi gamelan fleksibel multifungsi, sehingga makin bermakna ketika masyarakat Bali menerima kelahiran sebuah teater rakyat pada tahun 1967.

Teater itu pada awalnya disebut drama klasik oleh penciptanya, Anak Agung Raka Payadnya. Namun karena teater berbahasa Bali itu menggunakan iringan gong kebyar, atas saran I Gusti Nyoman Panji, kepala Kokar Bali saat itu, kemudian diberi nama drama gong.

Gong kebyar beberapa tahun sebelumnya telah berkontribusi terhadap munculnya sendratari di Pulau Dewata. Sejak sendratari Bali muncul pertama tahun 1962, yakni sendratari Jayaprana, buah karya I Wayan Beratha hingga di era Pesta Kesenian Bali (PKB) sekarang tidak pernah lepas dari iringan gong kebyar.

"Apa yang kini dikenal sebagai tari kebyar (masyarakat sering menyebut tari lepas) seperti tari Kebyar Duduk, Tarunajaya, Wiranata, Mergepati, Tenun, Nelayan, Kidang Kencana, Cendrawasih dan Manukrawa karena selain menggunakan estetika tari kebyar juga mengacu pada gong kebyar sebagai musik iringannya," ujar Kadek Suartaya. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014