Jakarta (Antara Bali) - Bank Indonesia menyatakan akan berupaya menekan laju inflasi sepanjang 2014 mencapai 7,7 persen (mtm), atau di batas bawah perkiraan BI sebelumnya 7,7-8,1 persen.

"Kami melihat ini (inflasi 2014) di 7,7-8,1 persen. Kita tentu harus upayakan agar di 7,7 persen," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Rabu.

Laju inflasi pada Oktober 2014 lalu mencapai 0,47 persen (mtm) atau 4,83 persen (yoy).

Agus memperkirakan pada November akan terjadi lonjakan inflasi sebagai dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

"Inflasi kelihatannya akan sedikit naik (pada November 2014). Akan ada di kisaran 1,3-1,6 persen (mtm)," ujar Agus.

Ia menuturkan hingga minggu ketiga November, inflasi inti masih terjaga. Namun Agus tidak menyebutkan angka detailnya.

BI, menurut Agus, juga mewaspadai peningkatan inflasi pada Desember, yang diperkirakan akan mengalami inflasi tertinggi.

"Desember (inflasi) bisa di atas 2 persen (mtm)," katanya.

Perkiraan inflasi Bank Indonesia sepanjang 2014 7,7-8,1 persen memang lebih tinggi dari perkiraan inflasi pemerintah 7,3 persen.

Kenaikan harga BBM bersubsidi diperkirakan akan memberikan kontribusi terhadap inflasi berkisar 2,4-2,8 persen.

Tambahan inflasi sebesar 2,6 persen tersebut, separuhnya merupakan inflasi hasil sumbangan langsung dari kenaikan harga BBM bersubsidi itu sendiri, yakni 1,3 persen.

Sementara itu, inflasi sebesar 0,7 persen merupakan dampak tidak langsung yang bersumber dari tarif angkutan sedangkan inflasi 0,6 persen merupakan akibat kenaikan harga pangan dan harga barang jasa lainnya.(WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014