Denpasar (Antara Bali)- Menteri Perdagangan, Rahmat Gobel menegaskan lonjakan harga cabai yang cukup tinggi, akibat kondisi suplai sangat terbatas menyusul animo petani menanam cabai sempat turun drastis.
"Stok cabai nasional sangat terbatas, karena sebelumnya gairah petani menanam cabai sempat turun, setelah mengalami gagal panen," ujarnya di sela Rakernas Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia yang dihadiri 1.400 peserta di Denpasar, Senin.
Rakernas Iwapi dihadiri Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Prof DR Yohana Susana Yambise, Ketua Umum DPP Iwapi Ir. Nita Yudi dan sejumlah pejabat kementerian terkait.
Mendag Rahmat Gobel menegaskan, masalah kelangkaan cabai harus diatasi dengan memperluas areal tanam cabai dan menerapkan inovasi teknologi mulai dari pengolahan lahan hingga siap ditanami, pemeliharaan dan pemupukan, saat panen dan pascapanen.
Selain itu, katanya, pemerintah baru pimpinan Presiden Jokowi akan berupaya terus mendorong petani bertanam cabai dan mentransformasikan produk cabai menjadi produk industri, sehingga memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan petani.
Menurut dia, jika produk cabai bisa ditransformasikan menjadi produk industri, berdampak besar bagi keuntungan petani dan pedagang serta pihak lainnya karena produk olahan menjadi lebih tahan lama ketimbang dikonsumsi langsung.
Ia mengemukakan, kelangkaan suplai cabai yang berdampak terhadap tingginya harga cabai di pasaran, disebabkan produk cabai yang dihasilkan petani Indonesia hanya cocok untuk dikonsumsi langsung dan masih belum diolah menjadi produk lain yang lebih awet dan tahan lama.
Menurut dia, kalau daya tahan cabai paling tiga sampai empat hari dan setelah itu membusuk, tetapi kalau diolah menjadi produk industri, akan lebih tahan lama bisa hingga dua bulan lebih.
"Sehingga ketika terjadi panen besar bisa diolah menjadi produk industri untuk mengatasi kelangkaan dan tingginya harga cabai pada masa mendatang," ujarnya.
"Produk cabai yang dihasilkan setiap wilayah seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi memiliki cita rasa berbeda-beda, sehingga hal ini menjadi faktor keunggulan bagi produk cabai para petani Indonesia yang bisa menyerap pasar secara lebih luas bahkan berorientasi ekspor," ujarnya.
Menurut dia, anggota Iwapi bisa mengambil perannya yang besar dalam menggarap produk-produk pertanian termasuk cabai yang potensinya cukup besar di Indonesia.
"Kami harapkan organisasi IWAPI yang menandatangani memorandum kesepahaman (MOU) dengan pihak Kementerian Perdagagan, harus benar benar ditindaklanjuti secara serius dan tepat sasaran," demikian Rahmat Gobel. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Stok cabai nasional sangat terbatas, karena sebelumnya gairah petani menanam cabai sempat turun, setelah mengalami gagal panen," ujarnya di sela Rakernas Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia yang dihadiri 1.400 peserta di Denpasar, Senin.
Rakernas Iwapi dihadiri Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Prof DR Yohana Susana Yambise, Ketua Umum DPP Iwapi Ir. Nita Yudi dan sejumlah pejabat kementerian terkait.
Mendag Rahmat Gobel menegaskan, masalah kelangkaan cabai harus diatasi dengan memperluas areal tanam cabai dan menerapkan inovasi teknologi mulai dari pengolahan lahan hingga siap ditanami, pemeliharaan dan pemupukan, saat panen dan pascapanen.
Selain itu, katanya, pemerintah baru pimpinan Presiden Jokowi akan berupaya terus mendorong petani bertanam cabai dan mentransformasikan produk cabai menjadi produk industri, sehingga memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan petani.
Menurut dia, jika produk cabai bisa ditransformasikan menjadi produk industri, berdampak besar bagi keuntungan petani dan pedagang serta pihak lainnya karena produk olahan menjadi lebih tahan lama ketimbang dikonsumsi langsung.
Ia mengemukakan, kelangkaan suplai cabai yang berdampak terhadap tingginya harga cabai di pasaran, disebabkan produk cabai yang dihasilkan petani Indonesia hanya cocok untuk dikonsumsi langsung dan masih belum diolah menjadi produk lain yang lebih awet dan tahan lama.
Menurut dia, kalau daya tahan cabai paling tiga sampai empat hari dan setelah itu membusuk, tetapi kalau diolah menjadi produk industri, akan lebih tahan lama bisa hingga dua bulan lebih.
"Sehingga ketika terjadi panen besar bisa diolah menjadi produk industri untuk mengatasi kelangkaan dan tingginya harga cabai pada masa mendatang," ujarnya.
"Produk cabai yang dihasilkan setiap wilayah seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi memiliki cita rasa berbeda-beda, sehingga hal ini menjadi faktor keunggulan bagi produk cabai para petani Indonesia yang bisa menyerap pasar secara lebih luas bahkan berorientasi ekspor," ujarnya.
Menurut dia, anggota Iwapi bisa mengambil perannya yang besar dalam menggarap produk-produk pertanian termasuk cabai yang potensinya cukup besar di Indonesia.
"Kami harapkan organisasi IWAPI yang menandatangani memorandum kesepahaman (MOU) dengan pihak Kementerian Perdagagan, harus benar benar ditindaklanjuti secara serius dan tepat sasaran," demikian Rahmat Gobel. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014