Tabanan (Antara Bali) - Sebanyak 521 petani di Tabanan, Bali berhasil mencatatkan namanya dalam Museum Rekor Indonesia (MURI) dalam memanen padi lokal secara bersama, di Subak Jatiluwih, Senin.
Kegiatan panen padi di kawasan yang diakui sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD) itu serangkaian memeriahkan HUT ke 521 Kota Tabanan itu, berhasil memecahkan rekor dunia.
Piagam penghargaan itu diserahkan Senior Manager MURI Paulus Pangka kepada pemrakarsa panen masal, Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti.
Selain Bupati, piagam juga diserahkan kepada penyelenggara, yakni Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Tabanan, dan Pekaseh Kecamatan Penebel.
Bupati Tabanan Eka mengatakan masyarakat Tabanan hendaknya bangga dengan predikat "lumbung beras" yang begitu melekat bagi Tabanan. Kondisi itutidak terlepas dari potensi pertanian yang dimiliki, seperti lahan sawah yang sangat luas dan memungkinkan perkembangan berbagai varietas padi, yakni padi lokal.
Pihaknya memberikan apresiasi terhadap proses panen yang masih menggunakan alat tradisional yang disebut ani-ani sehingga memiliki daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke sini.
Potensi pengembangan tanaman padi yang sangat spesifik dapat mendukung ketahan pangan sekaligus mendukung pariwisata dalam peningkatan pendapatan kesejahteraan masyarakat.
Bupati Eka mengharapkan melalui kegiatan ini akan dapat meningkatkan gairah masyarakat khususnya bagi generasi muda, mengingat zaman sekarang semua dilakukan serba instan.
"Jangan sampai kegiatan ini semakin punah. Pupuklah rasa gotong royong dan kebersamaan serta lestarikan keberadaan padi lokal di Tabanan," ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Tabanan Nyoman Budana mengatakan, penyelenggaran panen padi secara masal dengan 521 petani dari seluruh subak di Tabanan, diharapkan dapat membagun semangat kebersamaan dan gotong royong mengingat Tabanan terkenal dengan julukan lumbung padinya, jangan sampai melupakan padi lokal yang dimiliki.
"Dengan adanya kegiatan itu diharapkan mampu mempertahankan pertanian mengingat berkurangnya produksi beras di Tabanan," jelasnya.
Budana menambahkan, padi yang dipanen adalah padi lokal, dengan menggunakan ani-ani (alat tradisional). (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Kegiatan panen padi di kawasan yang diakui sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD) itu serangkaian memeriahkan HUT ke 521 Kota Tabanan itu, berhasil memecahkan rekor dunia.
Piagam penghargaan itu diserahkan Senior Manager MURI Paulus Pangka kepada pemrakarsa panen masal, Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti.
Selain Bupati, piagam juga diserahkan kepada penyelenggara, yakni Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Tabanan, dan Pekaseh Kecamatan Penebel.
Bupati Tabanan Eka mengatakan masyarakat Tabanan hendaknya bangga dengan predikat "lumbung beras" yang begitu melekat bagi Tabanan. Kondisi itutidak terlepas dari potensi pertanian yang dimiliki, seperti lahan sawah yang sangat luas dan memungkinkan perkembangan berbagai varietas padi, yakni padi lokal.
Pihaknya memberikan apresiasi terhadap proses panen yang masih menggunakan alat tradisional yang disebut ani-ani sehingga memiliki daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke sini.
Potensi pengembangan tanaman padi yang sangat spesifik dapat mendukung ketahan pangan sekaligus mendukung pariwisata dalam peningkatan pendapatan kesejahteraan masyarakat.
Bupati Eka mengharapkan melalui kegiatan ini akan dapat meningkatkan gairah masyarakat khususnya bagi generasi muda, mengingat zaman sekarang semua dilakukan serba instan.
"Jangan sampai kegiatan ini semakin punah. Pupuklah rasa gotong royong dan kebersamaan serta lestarikan keberadaan padi lokal di Tabanan," ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Tabanan Nyoman Budana mengatakan, penyelenggaran panen padi secara masal dengan 521 petani dari seluruh subak di Tabanan, diharapkan dapat membagun semangat kebersamaan dan gotong royong mengingat Tabanan terkenal dengan julukan lumbung padinya, jangan sampai melupakan padi lokal yang dimiliki.
"Dengan adanya kegiatan itu diharapkan mampu mempertahankan pertanian mengingat berkurangnya produksi beras di Tabanan," jelasnya.
Budana menambahkan, padi yang dipanen adalah padi lokal, dengan menggunakan ani-ani (alat tradisional). (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014