Denpasar (Antara Bali) - Sub sektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) di Provinsi Bali dalam pembentukan nilai tukar petani (NTP) perannya meningkat 1,36 persen menjadi 109,53 persen pada Oktober 2014 dari bulan sebelumnya yang hanya 108,07 persen.
"Kenaikan NTP itu berkat semakin baiknya indeks yang diterima petani yakni sebesar 1,56 persen lebih tinggi dibandingkan indeks yang dibayar petani yang naik sebesar 0,21 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, naiknya indeks yang diterima petani didorong oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti biji jambu mete sebesar sepuluh persen, cengkeh 3,94 persen, kelapa 3,10 persen dan kakao 0,70 persen.
Hal itu berkat harga hasil perkebunan rakyat di tingkat petani Bali hingga akhir Oktober 2014 cukup bagus, walaupun terjadi fluktuasi, namun masih menguntungkan.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali I Dewa Made Buana Duwuran dalam kesempatan terpisah menjelaskan, harga bunga cengkeh kering di tingkat petani di Kabupaten Bangli, Karangasem, Badung dan Jembrana tercatat Rp150.000 per kilogram, sedikit turun menjadi hanya Rp138.000 per kilogram.
Namun harga itu jika dibandingkan awal Januari lalu hanya Rp135.000/kg, maka harga sekarang masih lebih tinggi. Petani memproduksi hasil perkebunan berkualitas sehingga harga bisa sesuai dengan mekanisme pasar.
Sementara harga cengkeh yang dalam kondisi basah tetap stabil yakni Rp20.000/kilogram hingga akhir Oktober 2014, sedangkan harga kakao di tingkat petani naik sedikit dari Rp 35.800 per kilogram menjadi Rp36.300 per kilogram di daerah perdesaan di Bali.
Panasunan Siregar menambahkan, subsektor tanaman perkebunan merupakan salah satu dari lima komponen pembentukan NTP Bali. Dari lima komponen itu empat di antaranya mengalami kenaikan dan satu terjadi penurunan.
Keempat komponen yang mengalami kenaikan selain subsektor perkebunan juga tanaman pangan, hortikultura dan subsektor peternakan.
Satu-satunya yang mengalami penurunan adalah subsektor perikanan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Kenaikan NTP itu berkat semakin baiknya indeks yang diterima petani yakni sebesar 1,56 persen lebih tinggi dibandingkan indeks yang dibayar petani yang naik sebesar 0,21 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, naiknya indeks yang diterima petani didorong oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti biji jambu mete sebesar sepuluh persen, cengkeh 3,94 persen, kelapa 3,10 persen dan kakao 0,70 persen.
Hal itu berkat harga hasil perkebunan rakyat di tingkat petani Bali hingga akhir Oktober 2014 cukup bagus, walaupun terjadi fluktuasi, namun masih menguntungkan.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali I Dewa Made Buana Duwuran dalam kesempatan terpisah menjelaskan, harga bunga cengkeh kering di tingkat petani di Kabupaten Bangli, Karangasem, Badung dan Jembrana tercatat Rp150.000 per kilogram, sedikit turun menjadi hanya Rp138.000 per kilogram.
Namun harga itu jika dibandingkan awal Januari lalu hanya Rp135.000/kg, maka harga sekarang masih lebih tinggi. Petani memproduksi hasil perkebunan berkualitas sehingga harga bisa sesuai dengan mekanisme pasar.
Sementara harga cengkeh yang dalam kondisi basah tetap stabil yakni Rp20.000/kilogram hingga akhir Oktober 2014, sedangkan harga kakao di tingkat petani naik sedikit dari Rp 35.800 per kilogram menjadi Rp36.300 per kilogram di daerah perdesaan di Bali.
Panasunan Siregar menambahkan, subsektor tanaman perkebunan merupakan salah satu dari lima komponen pembentukan NTP Bali. Dari lima komponen itu empat di antaranya mengalami kenaikan dan satu terjadi penurunan.
Keempat komponen yang mengalami kenaikan selain subsektor perkebunan juga tanaman pangan, hortikultura dan subsektor peternakan.
Satu-satunya yang mengalami penurunan adalah subsektor perikanan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014