Mangupura (Antara Bali) - Subak Uma Lambing merupakan duta atau perwakilan yang dipilih Kabupaten Badung untuk ikut serta dalam lomba subak tahun 2014 dinilai Tim Provinsi Bali.
Ketua Tim penilai Provinsi Bali I Ketut Suastika di sela-sela penilaian di Mangupura, Kabupaten Badung, Selasa, mengatakan bahwa pada dasarnya lomba Subak ada dua prinsif yaitu ingin melestarikan aspek budaya dan kedua ingin memberdayakan petani untuk melakukan penanaman yang optimal.
"Subak sebagai akar budaya Bali kita sepakat dan bertekad dalam mengisi pembangunan ini, apalagi Bali sebagai destinasi pariwisata sehingga keberadaan Subak harus dilestarikan," ujarnya.
Oleh karena itu, untuk dapat melestarikan dan mempertahankan lahan dan aktivitas pertanian perlu adanya upaya-upaya yang salah satunya untuk mendorong semangat para petani dengan melakukan lomba.
Menurut dia, aspek yang dinilai dalam lomba subak tersebut ada tiga yang berorientasi pada Tri Hita Karana yaitu aspek Parahyangan, Pawongan, dan Pelemahan.
Sementara itu, Wakil Bupati Badung, I Made Sudiana mengatakan bahwa pendapatan daerah Kabupaten Badung bersumber dari pariwisata budaya, untuk itu merupakan kewajiban masyarakat ikut melestarikan keberadaan adat dan budaya Bali salah satunya keberadaan Subak yang sudah terkenal di mancanegara dan satu-satunya ada di Bali.
"Pemerintah Kabupaten Badung sangat memperhatikan keberadaan Subak terbukti dengan melakukan berbagai upakara yadnya seperti Nangluk merana, mecaru jagat, mepreteka merana dan memberikan berbagai pelatihan serta bantuan-bantuan setiap tahunya," ujarnya.
Menurut dia, Lomba Subak merupakan sarana untuk melestarikan serta mengembangkan keberadaan Subak di Kabupaten Badung. "Dalam kegiatan di sawah dan Tegalan krama Subak di Kabupaten Badung telah melaksanakannya sesuai dengan perkembangan teknologi pertanian yang berwawasan agribisnis, terutama dalam program pembangunan pertanian organik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan namun tidak menyimpang dari dasar Subak," ujarnya.
Dengan pelaksanaan lomba tersebut diharapkan para krama Subak dapat mengadopsi teknologi pertanian agar betul-betul memiliki bergaining posisi bukan hanya menjadi korban dan sebagai langkah perberdayaan Subak dan petani, yang nantinya dapat mensuplai produk yang dibutuhkan oleh sektor pariwisata.
Pekaseh Subak Uma Lambing, I Made Widana melaporkan, Subak Uma Lambing terdiri dari empat Munduk diantaranya, munduk Bias, munduk Lambing, munduk Kedampal dan munduk Teba dengan luas 89 hektare dan jumlah krama Subak sebanyak 300 orang.
"Batas- batas Subak nyatur Desa, sebelah utara sawah milik Gusti Aji Kamar di munduk Dampal, sebelah Timur Telabah Subak Ketapang, sebelah Selatan sawah milik I Nyoman Santia dan sebelah Barat Telabah Yeh Lauh," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Ketua Tim penilai Provinsi Bali I Ketut Suastika di sela-sela penilaian di Mangupura, Kabupaten Badung, Selasa, mengatakan bahwa pada dasarnya lomba Subak ada dua prinsif yaitu ingin melestarikan aspek budaya dan kedua ingin memberdayakan petani untuk melakukan penanaman yang optimal.
"Subak sebagai akar budaya Bali kita sepakat dan bertekad dalam mengisi pembangunan ini, apalagi Bali sebagai destinasi pariwisata sehingga keberadaan Subak harus dilestarikan," ujarnya.
Oleh karena itu, untuk dapat melestarikan dan mempertahankan lahan dan aktivitas pertanian perlu adanya upaya-upaya yang salah satunya untuk mendorong semangat para petani dengan melakukan lomba.
Menurut dia, aspek yang dinilai dalam lomba subak tersebut ada tiga yang berorientasi pada Tri Hita Karana yaitu aspek Parahyangan, Pawongan, dan Pelemahan.
Sementara itu, Wakil Bupati Badung, I Made Sudiana mengatakan bahwa pendapatan daerah Kabupaten Badung bersumber dari pariwisata budaya, untuk itu merupakan kewajiban masyarakat ikut melestarikan keberadaan adat dan budaya Bali salah satunya keberadaan Subak yang sudah terkenal di mancanegara dan satu-satunya ada di Bali.
"Pemerintah Kabupaten Badung sangat memperhatikan keberadaan Subak terbukti dengan melakukan berbagai upakara yadnya seperti Nangluk merana, mecaru jagat, mepreteka merana dan memberikan berbagai pelatihan serta bantuan-bantuan setiap tahunya," ujarnya.
Menurut dia, Lomba Subak merupakan sarana untuk melestarikan serta mengembangkan keberadaan Subak di Kabupaten Badung. "Dalam kegiatan di sawah dan Tegalan krama Subak di Kabupaten Badung telah melaksanakannya sesuai dengan perkembangan teknologi pertanian yang berwawasan agribisnis, terutama dalam program pembangunan pertanian organik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan namun tidak menyimpang dari dasar Subak," ujarnya.
Dengan pelaksanaan lomba tersebut diharapkan para krama Subak dapat mengadopsi teknologi pertanian agar betul-betul memiliki bergaining posisi bukan hanya menjadi korban dan sebagai langkah perberdayaan Subak dan petani, yang nantinya dapat mensuplai produk yang dibutuhkan oleh sektor pariwisata.
Pekaseh Subak Uma Lambing, I Made Widana melaporkan, Subak Uma Lambing terdiri dari empat Munduk diantaranya, munduk Bias, munduk Lambing, munduk Kedampal dan munduk Teba dengan luas 89 hektare dan jumlah krama Subak sebanyak 300 orang.
"Batas- batas Subak nyatur Desa, sebelah utara sawah milik Gusti Aji Kamar di munduk Dampal, sebelah Timur Telabah Subak Ketapang, sebelah Selatan sawah milik I Nyoman Santia dan sebelah Barat Telabah Yeh Lauh," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014