Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika menegaskan, dalam pelaksanaan otonomi daerah selama ini masih menghadapi beberapa kendala yang perlu disikapi sehingga dapat memberikan dampak positif bagi semua pihak.
Gubernur Pastika mengatakan hal itu ketika tampil sebagai pembicara dengan topik "Kebijakan Prioritas Pelaksanaan Program Bali Mandara Peluang dan Kendala" pada Seminar yang digelar Ikatan Alumni Universitas Udayana (Ikayana) di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, otonomi daerah membawa peluang serta kendala, dimana satu sisi pemerintah kabupaten/kota diberikan kebebasan untuk mengimplementasikan program Bali Mandara.
Namun di sisi lain otonomi daerah menyisakan kendala dalam memaksimalkan daya tampung dan meminimalkan resiko, sehingga hal ini memunculkan ego kedaerahan menjadikan yang kaya menjadi semakin kaya dan yang miskin menjadi semakin miskin.
Gubernur Pastika mengharapkan diberlakukan "One Island Management" dalam hal masalah tata ruang, kepegawaian, keuangan dan pengaturan adat dan budaya sehingga nantinya kendala tersebut bisa diminimalkan.
Ia juga mengimbau akademisi bisa mengkaji persoalan otonomi daerah dengan jujur dan jernih sesuai kemampuan akademik yang dimiliki guna menyuarakan hal-hal yang benar sehingga ke depan tidak tersesat dan tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif.
Pihaknya memberikan apresiasi kegiatan seminar tersebut sebagai wahana bertukar pandangan sekaligus menyerap berbagai masukan, saran, evaluasi dan implementasi program pembangunan daerah dalam era otonomi daerah.
"Karena dalam perjalanan pengimplementasian program Bali Mandara masih perlu dievaluasi terus-menerus dengan hati yang jujur, pikiran yang jernih sehingga diperlukan peran akademisi dan perguruan tinggi untuk ikut mengevaluasi dan meluruskan kembali dalam mencapai sasaran pembangunan," ujar Mangku Pastika. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Gubernur Pastika mengatakan hal itu ketika tampil sebagai pembicara dengan topik "Kebijakan Prioritas Pelaksanaan Program Bali Mandara Peluang dan Kendala" pada Seminar yang digelar Ikatan Alumni Universitas Udayana (Ikayana) di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, otonomi daerah membawa peluang serta kendala, dimana satu sisi pemerintah kabupaten/kota diberikan kebebasan untuk mengimplementasikan program Bali Mandara.
Namun di sisi lain otonomi daerah menyisakan kendala dalam memaksimalkan daya tampung dan meminimalkan resiko, sehingga hal ini memunculkan ego kedaerahan menjadikan yang kaya menjadi semakin kaya dan yang miskin menjadi semakin miskin.
Gubernur Pastika mengharapkan diberlakukan "One Island Management" dalam hal masalah tata ruang, kepegawaian, keuangan dan pengaturan adat dan budaya sehingga nantinya kendala tersebut bisa diminimalkan.
Ia juga mengimbau akademisi bisa mengkaji persoalan otonomi daerah dengan jujur dan jernih sesuai kemampuan akademik yang dimiliki guna menyuarakan hal-hal yang benar sehingga ke depan tidak tersesat dan tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif.
Pihaknya memberikan apresiasi kegiatan seminar tersebut sebagai wahana bertukar pandangan sekaligus menyerap berbagai masukan, saran, evaluasi dan implementasi program pembangunan daerah dalam era otonomi daerah.
"Karena dalam perjalanan pengimplementasian program Bali Mandara masih perlu dievaluasi terus-menerus dengan hati yang jujur, pikiran yang jernih sehingga diperlukan peran akademisi dan perguruan tinggi untuk ikut mengevaluasi dan meluruskan kembali dalam mencapai sasaran pembangunan," ujar Mangku Pastika. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014